Apa Benar Ekonomi RI Lesu?

Apa Benar Ekonomi RI Lesu?

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 04 Mei 2017 10:15 WIB
Apa Benar Ekonomi RI Lesu? (Foto: Grandyos Zafna)
Jakarta -
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2016 sering disebut sebagai kelompok tiga tertinggi di jajaran negara G20 atau di bawah India dan China.

Di 2016 realisasi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02% atau meningkat jika dibandingkan pertumbuhan pada 2015 yang sebesar 4,88%.

Di balik pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun kalangan pengusaha masih menilai belum sepenuhnya membaik dikarenakan daya beli masyarakat masih belum menunjukan peningkatan. Lalu apakah ekonomi RI lesu ?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa pengamat memproyeksikan laju perekonomian Indonesia hingga kuartal I-2017 telah menunjukan tren positif meskipun dalam kapasitas merangkak.

Ekonom dari PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, perekonomian Indonesia sudah masuk ke tren positif hanya tinggal didorong oleh beberapa komponen penunjang.

"Iya sudah kearah yang baik, tapi tumbuhnya pelan-pelan. Dan terbantu ini juga seperti pengaruh dan harga komoditas itu kan sebetulnya bukan karena upaya pemerintah mendorong, tapi karena faktor keberuntungan. Ekspor naik kan karena harga yang lagi meningkat," kata David saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (4/5/2017).



Dia menceritakan beberapa komponen penunjang pertumbuhan ekonomi masih belum bergerak cepat, seperti investasi yang bisa dikatakan masih lamban. Begitu juga dengan belanja pemerintah yang sudah tumbuh hanya saja tumbuhnya baru sekitar 0,1%-0,2%.

Sedangkan dari konsumsi rumah tangga, kata David, mengalami tumbuh di sektor primer dan sekunder, untuk sektor barang tahan lama seperti kendaraan, properti masih mengalami perlambatan.

"Sebetulnya mereka menunda karena marginnya. Jadi ritel yang buka itukan banyak, jadi disatu wilayah itu sudah ada over suply ritelernya, dilihat marginnya sudah tidak bagus makanya di tutup, bukan karena belanjanya berkurang, kalau saya lihat di kuartal I relatif tidak banyak berubah, tetapi kalau untuk kendaraan, rumah masih banyak yang menahan diri, terutama walaupun suku bunga turun tetapi pertumbuhan kendaraan dan rumah di luar ekspektasi, walaupun sudah pickup tapi belum sesuai yang diharapkan," tambahnya.



Secara terpisah, Direktur Investor Relation & Chief Ekonomist Bahana TCW Investmen Management, Bud Hikmat mengatakan, pertumbuhan ekonomi saat ini belum dirasakan secara merata. Menurut dia, hanya kalangan kelas menengah ke atas.

Lanjut Budi, laju pertumbuhan ekonomi RI baru akan terasa ke seluruh kalangan terjadi pada kuartal II-2017. Pasalnya, belanja pemerintah baru membaik di Maret.

"Jadi yang jelas kelihatannya karena Januari-Februari pengeluaran pemerintah melambat, karena pengeluaran Maret baru terjadi di kuartal II, nanti akan ada peningkatan daya beli," kata Budi.



Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih memproyeksikan, ekonomi dalam negeri masih berpotensi datar pertumbuhannya dibandingkan periode sebelumnya.

Pada 2016, ekonomi Indonesia tumbuh 5,02%. Ditopang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 5,01%, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4,48%, dan konsumsi LNPRT 6,62%. Sementara ekspor negatif 1,74%, konsumsi pemerintah negatif 0,15% dan impor negatif 2,27%.


"Ya memang ada potensi flat saja, dibandingkan kuartal sebelumnya, belum ada lompatan lah, karena tadi di pengeluaran pemerintah justru lebih kecil dibanding 2016, karena dorongannya kurang," jelas Lana.

(mkj/mkj)

Hide Ads