Salah satu penyebabnya adalah penurunan produksi emas dan tembaga dari PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara.
"Penurunan produksi emas dan tembaga oleh Freeport dan Amman membuat sektor pertambangan tumbuh negatif 0,49%," ungkap Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, dalam konferensi pers di Kantor Pusat, Jumat (5/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Seperti diketahui, Freeport memang sempat menurunkan produksi tambangnya karena masalah izin ekspor. Freeport harus mengubah statusnya dari Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), untuk mendapatkan izin ekspor tersebut. Saat ini perusahaan tambang asal Amerika Serikat (AS) itu sudah bisa kembali melakukan ekspor, sambil melakukan renegosiasi dengan pemerintah.
Sektor pertambangan sempat kembali cemerlang pada tahun lalu. Optimisme terhadap sektor tersebut juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas internasional. Sehingga diharapkan bisa kembali positif seperti beberapa tahun lalu.
"Ada kenaikan harga komoditas tapi tidak bisa dikompensasi oleh penurunan produksi," ujar Kecuk.
Hal lain yang menjadi penyebab adalah adanya penurunan produksi gas pada beberapa lapangan di dalam negeri. "Penurunan gas juga menyebabkan sektor pertambangan negatif," tandasnya. (mkj/wdl)