Pemerintah Irit Belanja, Ini Dampaknya ke Laju Konsumsi

Pemerintah Irit Belanja, Ini Dampaknya ke Laju Konsumsi

Muhammad Idris - detikFinance
Jumat, 05 Mei 2017 20:47 WIB
Pemerintah Irit Belanja, Ini Dampaknya ke Laju Konsumsi
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal I-2017 sebesar 5,01%. Angka tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang pertumbuhannya 4,93%

Kendati demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2017 tersebut tidak setinggi periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni 4,97%. Dengan kata lain, tahun ini lebih banyak orang mengirit belanjanya.

Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menjelaskan rendahnya konsumsi juga dipicu karena penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Orang RI Makin Irit Belanja, Ini Datanya

"Secara agregasi karena belanja pemerintah juga turun. Belanja pemerintah menyumbang 8% (pertumbuhan ekonomi). Belum lagi dampak multiplier dari belanja pemerintah. Dengan konsumsi di Indonesia 56%, kalau ada apa-apa, pasti pengaruhnya besar," katanya kepada detikFinance, Jumat (5/5/2017).

Selain itu, belanja pemerintah yang masih lambat di awal tahun juga berkontribusi pada rendahnya tingkat konsumsi masyarakat.

"Kalau 5% saja konsumsi di masyarakat, 3% tetap di tangan (tidak dibelanjakan) tanpa melakukan apa pun. Jadi saya lihat memang ada pengaruhnya dari pemerintah kalau misal belanjanya lambat. Belanja di kuartal I dan II agak lemah, kalau baru digenjot di kuartal III atau di akhir tahun tidak optimal nantinya," terang David.

Lanjut dia, rendahnya belanja masyarakat di tahun ini kontribusi terbesarnya berasal dari kalangan menengah atas.

"Kalau menengah bawah saya kira tidak, karena biasanya pengaruhnya kalau harga bahan pokok naik, baru mereka menghemat. Sementara kalau menengah dan menengah atas menahan diri karena stabilitas, suku bunga, kurs, dan situasi politik," tutur David.

Baca juga: Penyebab Orang RI Makin Irit Belanja: Gaji Naiknya Dikit

"Banyak masyarakat (menengah) menunda. Dia sebenarnya punya uang di bank, tapi menahan untuk bayar DP rumah, menunda beli mobil, dan sebagainya. Pengusaha juga kan wait and see. Banyak dana repatriasi di bank juga belum digunakan," tambahnya.

Dorongan pendapatan kelas menengah dan bawah mengalami perlambatan, seperti UMP tumbuh hanya 9,15% dari tahun sebelumnya yang tumbuh 12,43%. Begitu juga panen raya untuk harga gabah turun, begitu juga upah riil buruh tani terkontraksi 0,53%, nilai tukar petani juga sama terkontraksi 1,60%.

Dari posisi pinjaman konsumsi, untuk kredit konsumsi dari perbankan juga melambat di kuartal I-2017 menjadi 8,75%. Begitu juga dengan pembiayaan multiguna yang terkontraksi negatif 9,07%. Selanjutnya, di sektor posisi tabungan untuk tabungan rumah tangga mengalami penguatan dari 4,27% di kuartal I-2016 menjadi 9,14% di kuartal I-2017.

Untuk konsumsi barang mewah kelas atas juga alami perlambatan. Dilihat dari pembelian barang mewah yang terkontraksi 21,39% dari yang sebelumnya berada di level 8,80%. Begitu juga dengan pembelian mobil dengan CC di atas 1.500 mengalami perlambatan 3,77% dari kuartal 1 yang tumbuh 14,76%.


(idr/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads