Pengusaha: Masyarakat Bawah Belum Rasakan Pertumbuhan Ekonomi

Pengusaha: Masyarakat Bawah Belum Rasakan Pertumbuhan Ekonomi

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Jumat, 05 Mei 2017 14:00 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2017 Indonesia tercatat sebesar 5,01%. Capaian itu lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 4,92% dinilai rendah bila dibandingkan dengan kuartal I-2016 yang hanya sebesar 4,92%.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, mengatakan meski lebih tinggi dari triwulan-I 2016, capaian pertumbuhan ekonomi kuartal pertama ini masih terbilang rendah. Salah satunya karena daya beli masyarakat di awal tahun yang masih rendah.

Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,01% di Kuartal I-2017

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertumbuhannya relatif tipis. Dan kalau dilihat secara keseluruhan, di kuartal pertama itu memang relatif selalu lebih rendah dibanding yang lainnya. Apalagi nanti kuartal kedua nanti kita ketemu hari raya, jadi pasti lebih tinggi," ujar Hariyadi kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (5/5/2017).

Pertumbuhan ekonomi yang 5,01% juga belum mampu mendorong sektor rill. Selain itu, daya beli masyarakat yang masih lemah.

"Jadi secara keseluruhan pertumbuhan 5,01% itu relatif kecil, belum sanggup mendongkrak secara umum aktivitas di sektor rillnya. Seharusnya yang benar-bagus ya di atas 5,5%. Itu bisa terasa," tutur Hariyadi.

Baca juga: Ekonomi Kuartal I-2017 Tumbuh 5,01%, Pengusaha Ritel: Belum Terasa

Bukan itu saja, kelas menengah ke bawah juga belum tentu ikut merasakan efek pertumbuhan ekonomi.

"Lalu juga di masalah tenaga kerja. Itu juga yang membuat daya beli masyarakat yang rendah. Karena terkonsentrasi pada kelompok tertentu. Karena penyerapan tenaga kerjanya kecil, artinya orang yang mempunyai pendapatan di sektor formal itu menciut jumlahnya. Sehingga daya belinya secara keseluruhan itu terlihat turun," kata dia.

"Seolah-olah kelas menengah ke atas yang survive. Kelas menengah bawahnya karena penyerapan tenaga kerjanya sedikit jadi problem, karena pendapatannya enggak ada. Itu yang mengakibatkan daya beli rendah. Karena penyebaran distribusinya enggak merata," tutup Hariyadi.

Baca juga: Orang RI Makin Irit Belanja, Ini Datanya (hns/hns)

Hide Ads