Volume produksi perikanan budidaya tiga bulan pertama ini mencapai 3,97 juta ton, meningkat 3,11% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 3,85 juta ton.
Adapun angka 3,97 juta ton ini masih didominasi oleh produksi budidaya rumput laut yang jumlahnya mencapai 2,56 juta ton atau sekitar 60% dari total produksi. Sementara sisanya disumbang oleh jenis ikan dan udang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka peningkatan volume produksi berbanding lurus dengan nilai produksinya yang mencapai Rp 30,9 triliun. Angka ini bahkan meningkat 37% dalam kurun waktu yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 22,5 triliun.
Menurutnya hal ini disebabkan semakin banyaknya konsumsi ikan di masyarakat dan naiknya harga ikan di tingkat pembudidaya.
"Saya kira itu juga didorong oleh dolar, meskipun naik turun, tapi ada kenaikan sedikit-sedikit. Lalu, hampir semua rata-rata ikan itu harganya naik. Seperti Lele dulu harganya Rp 12 ribu sekarang Rp 15 ribu. Patin harganya di luar Jawa bisa Rp 22 ribu. Nila juga Rp 22 ribu. (Harga ikan di pembudidaya). Udang juga sekarang nilainya tinggi. Yang size 30 saja sudah bisa mencapai Rp 115 ribu-120 ribu per kg. Jadi hampir semua komoditas nilainya naik," ungkapnya.
Tahun ini sendiri KKP menargetkan produksi perikanan budidaya bisa mencapai 22,7 juta ton atau tumbuh 17,4% dari target tahun 2016.
Mengantisipasi adanya perubahan cuaca dan iklim yang kerap menghambat produksi perikanan budidaya, KKP telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target tersebut.
Di antaranya dukungan 100 juta ekor benih bagi pembudidaya di 34 Provinsi, revitalisasi KJA sebanyak 250 unit yang tersebar di 8 Kabupaten/Kota, asuransi pembudidaya ikan untuk 3.300 hektar lahan di 13 Provinsi, pengembangan minapadi seluas 210 ha di 9 Kabupaten/Kota, revitalisasi tambak di 20 Kabupaten/Kota; program gerakan pakan mandiri, pengembangan budidaya lele system bioflok hingga pengembangan budidaya laut lepas pantai (offshore aquaculture). (dna/dna)