Jalur Sutra China, Infrastruktur, Industri, dan Kota yang Bersiap

Catatan dari China

Jalur Sutra China, Infrastruktur, Industri, dan Kota yang Bersiap

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikFinance
Sabtu, 13 Mei 2017 20:45 WIB
Foto: Nograhany Widhi Koesmawardhani/detikFinance
Shanghai - China memiliki ambisi menghidupkan kembali Jalur Sutra, jalur perdagangan kuno yang menghubungkan Asia (China) hingga Eropa (Romawi). Kota-kota di China dalam Jalur Sutra bergegas membangun infrastruktur hingga industri.

Pada pekan terakhir April 2017 lalu, detikFinance bersama para jurnalis ASEAN dalam "China-ASEAN Media Journey on The 21st Century Maritime Silk Road" mengunjungi 2 provinsi, Hunan dan Jiangxi.

Di Hunan, ada 3 kota yang dikunjungi yakni Changsha, Zhuzhou dan Xiangtan. Sedangkan di Jiangxi ada 4 kota yang disinggahi yakni Nanchang, Jiujiang, Jingdezhen dan Wuyuan, sebelum diakhiri di kota metropolitan terbesar di China, Shanghai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bandara Internasional Shanghai Hongqiao bersebelahan dengan Stasiun Kereta Cepat Shanghai Hongqiao)Bandara Internasional Shanghai Hongqiao bersebelahan dengan Stasiun Kereta Cepat Shanghai Hongqiao) Foto: Nograhany Widhi Koesmawardhani/detikFinance


Sejarah, Alam dan Industri

Para jurnalis berkesempatan bertatap muka dengan para pemimpin daerah setempat, baik pemerintah provinsi maupun kota. Bila ditarik garis besar, rata-rata para pemimpin daerah itu selalu membanggakan 3 hal: sejarah peradaban, kondisi alam dan geografis, serta pembangunan industri dan ekonomi.

Di Provinsi Hunan, China tengah misalnya. Provinsi ini membanggakan peradabannya yang dimulai sejak 500 ribu tahun lalu. Ada kota tertua di China sekitar 6 ribu tahun lalu, Chengtoushan.

Ibu kota Hunan, Changsha sendiri memulai peradaban sekitar 3.000 tahun lalu. Di sini terdapat pula perguruan tinggi tertua di China, Yuelu Academy yang berdiri sekitar tahun 970-an Masehi dengan para gurunya adalah murid langsung dari Confucius. Kini Yuelu Academy menjadi Hunan University.

Selain sejarah dan budaya akademiknya, Changsha bersama dua kota tetangganya yakni Zhuzhou dan Xiangtan, menjadi area percontohan reformasi komunitas yang ramah lingkungan dengan konservasi energi untuk mengurangi emisi karbon.

Kota Changsha Kota Changsha Foto: Nograhany Widhi Koesmawardhani/detikFinance

Di Changsha yang terlihat sangat metropolitan ini, terdapat industri alat berat, otomotif hingga kawasan pengembangan ekonomi terpadu yang menyangkut pabrik, pergudangan, transportasi, real estate hingga pusat perdagangan ekspor impor.

Beranjak ke Zhuzhou, ada industri gerbong dan lokomotif CRRC Zhuzhou Electric Locomotive Co Ltd yang juga ingin terlibat dalam rolling stock kereta cepat Jakarta-Bandung.

Di Xiangtan, kampung founding father China Mao Zedong, terdapat industri turbin angin, pabrik alat berat crane pelabuhan hingga pabrik kompor gas yang mengekspor 1 juta unit kompor ke Indonesia per tahun.

Pabrik LED Yestech di ChangshaPabrik LED Yestech di Changsha Foto: Nograhany Widhi Koesmawardhani/detikFinance

Provinsi tetangganya, Jiangxi, tidak mau kalah. Provinsi di sebelah timur Provinsi Hunan dengan 45 juta warga ini membanggakan sumber daya mineral yang kaya seperti titanium, uranium, plus cadangan emas.

Ada danau air tawar terbesar di provinsi ini, Danau Poyang, juga terletak di delta Sungai Yangtze, plus dialiri Sungai Ganjiang membuatnya strategis untuk perdagangan jalur sungai. Sungai-sungai yang lebar di provinsi ini sangat dimanfaatkan untuk transportasi sungai semisal kapal tongkang.

Selain danau air tawar, sungai, secara geografis Jiangxi juga memiliki pegunungan dan air terjun. Kawasan hutannya mencapai 63%, menjadikannya provinsi terhijau nomor 2 di China.

Transportasi sungai di NanchangTransportasi sungai di Nanchang Foto: Nograhany Widhi Koesmawardhani/detikFinance

Menurut data dari Ditjen Publikasi Provinsi Jiangxi, sudah ada 6 ribu kilometer busway di 100 county (setara kabupaten) dan 8 kota setara prefektur sudah dilalui kereta cepat.

Ibu kota Provinsi Jiangxi, Nanchang, penampakannya sangat metropolis, dengan berbagai gedung-gedung pencakar langit dengan gemerlap lampunya saat malam, hingga taman kota luas yang menyajikan air terjun menari di malam minggu.

Nanchang di siang hari. Berlatar gedung pencakar langit dan taman kota.Nanchang di siang hari. Berlatar gedung pencakar langit dan taman kota. Foto: Nograhany Widhi Koesmawardhani/detikFinance

"Ekologi di Nanchang bagus, udaranya bersih. Kami punya sejarah 3.000 tahun, kota kelahiran Taoisme, pusat perdagangan Jiangxi saat itu, tujuan wisata, tempat lahirnya People Army China, Deng Xiaoping (pemimpin dan negarawan China) sempat tinggal di Nanchang selama 305 bulan," tutur Deputi Informasi Pemkot Nanchang, Yang.

Tahun 2008, imbuh Yang, Nanchang bersama Seoul, Korsel, menjadi menjadi kota paling dinamis di dunia. Nanchang juga bersiap dengan basis-basis industrinya.

"Industri istimewa kami adalah otomotif, tujuan kami menjadi basis industri otomotif dengan kapasitas produksi sekitar 2 juta unit. Kami juga berambisi menjadi kota industri gawai pintar. Juga industri elektronik dan informatika seperti LED," jelas dia.

Yang memaparkan China sedang mengembangkan pesawat C919, yang beberapa bagian pesawat itu juga dibuat di Nanchang.

"Kami ingin menjadi basis industri aviasi, ada kawasan sekitar 25 kilometer persegi untuk pabrikan industri aviasi," tuturnya.

Beberapa kota di China memang terlibat pembangunan C919 untuk produksi suku cadang hingga perakitan. Selain Nanchang, pesawat itu juga diproduksi di Xi'an, Chengdu, Shenyang dan Shanghai.

Meski fokus pada pembangunan industri, Nanchang tak melupakan untuk menjaga lingkungan. Tutupan hutan di kota ini lebih dari 40 persen membuat udara dan airnya pun masih bagus. Geografi yang dikelilingi danau dan sungai membuat Nanchang juga akan mengembangkan kawasan ekologi.

Di kota ini ada zona pengembangan teknologi dan ekonomi Xiaolan, salah satunya pabrikan otomotif Jiangling Motor Corp (JMC) yang sahamnya juga dimiliki Ford.

Sedangkan di Kota Jiujiang, juga ada zona pengembangan teknologi dan ekonomi. Di kawasan itu ada pabrik pakan ternak joint venture asal Thailand, Jiujiang Charoen Pokphand, hingga kilang minyak Sinopec.

Selain industri manufaktur yang maju, ada pula kota yang berkembang karena terus melestarikan sejarah, Kota Jingdezhen, kota cikal bakal keramik dunia. Denyut nadi kota ini adalah keramik.

Keramik bisa dijumpai mulai dari pinggir jalan, menjadi tiang lampu jalan, museum keramik, kampung pembuatan keramik hingga ada perguruan tinggi khusus untuk belajar seni keramik. Bahkan salah satu pabrik keramik tua diubah menjadi pusat kreatif dan ruang pamer untuk keramik kontemporer.

Tiang lampu jalan porselen di JingdezhenTiang lampu jalan porselen di Jingdezhen Foto: Nograhany Widhi Koesmawardhani/detikFinance

"Kontribusi perdagangan keramik di kota Jingdezhen ini mencapai 50 persen dari pemasukan kota," tutur Wali Kota Jingdezhen, Liu Zhaoyang.

Infrastruktur Wow

China yang bersiap menghidupkan Jalan Sutra memang tidak main-main. Setidaknya infrastruktur dan prasarana untuk itu sudah dan sedang disiapkan.

Kota-kota mulai membangun basis manufaktur berdasar keunggulan sumber daya masing-masing. Selain itu kota-kota di China membangun pusat industri, pusat logistik hingga pusat perdagangan baru.

Tengok di Changsha, Hunan. Di sini sedang dibangun Heung Kong Gaoling International Trade City. Luasnya 9,6 juta meter persegi (atau 96 hektare). Kawasan ini membanggakan diri karena terletak di tengah-tengah China, bisa dijangkau baik dari Asia maupun dari Eropa.

Saat ini sudah ada beberapa jenis pusat perdagangan yang berdiri seperti Building Materials and Home Furnishing City (Pusat Bahan Bangunan dan Interior Rumah Tangga, Pusat Makanan), Heung Kong Red Star Building Material Expo Center yang akan menjadi one stop kantor pusat perusahaan yang ada di China tengah, Food City and Small Commodities City (Pusat Makanan dan Komoditi Retail).

Untuk pusat material dan interior, baru saja dibuka pada 21 Mei 2016 lalu, dan sudah mengadakan 6 kegiatan pameran skala besar di sana dengan nilai transaksi total 300 juta Yuan. Tingkat keterisian pusat material ini hingga April 2017 mencapai 95%.

China 21st Maritime Silk RoadChina Foto: Nograhany Widhi Koesmawardhani/detikFinance

Sedangkan Small Commodities City akan menjadi pusat penjualan retail barang-barang konsumsi yang terdiri dari 100 kategori seperti baju, sepatu, topi, mainan, tekstil dan rajutan, tas kulit, alat kecantikan, dan sebagainya.

Sementara Food City akan menampung produk dari 900-an produsen makanan di sini, baik dari Provinsi Hunan atau di luar Hunan dan berambisi menjadi pusat distribusi, pameran dan penjualan pangan. Sudah mengadakan 2 kali pameran pangan besar di Desember 2016 dengan nilai transaksi 120 juta Yuan, dan Januari 2017 dengan nilai 100 juta Yuan.

Itu urusan fisik. Kota perdagangan ini juga akan dilengkapi infrastruktur teknologi informasi Trade 4.0 yang mendayagunakan internet sebagai platform perdagangan yang meliputi 6 platform kebaruan dengan memanfaatkan big data: entitas, e-commerce, logistik, keuangan/pembiayaan, sistem dan pengalaman.

Semua fasilitas di pusat perdagangan itu akan beroperasi penuh pada akhir 2017. Diharapkan dengan pusat perdagangan yang terpadu seperti itu, biaya logistik makin efisien dan bisa ditekan hingga 50% karena memotong rantai pasok dan distribusi.

Ada pula Import and Export Commodity Center (IECC) di Changsha, Hunan. IECC merupakan kawasan berikat eskpor-impor terpadu. Selain ruang pamer atau supermarket ekspor-impor tadi, ada pula gudang logistik terpadu, pusat informasi harga komoditas terpadu, termasuk pusat finansial dan perdagangan di China Tengah.

Kawasan ekspor impor berikat ini berada di lahan seluas 13,9 hektare dengan berbagai bangunan dengan fungsi yang telah disebutkan di atas yang dikelola Hunan Jiade Group Co Ltd.

Konektivitas

Bila dulu Jalur Sutra dilalui para pedagang yang membawa barang dagangan dibantu hewan seperti unta dan kuda, kini China memodernisasi itu semua melalui konektivitas transportasi antar moda.

Pusat perdagangan dan ekspor impor di Changsha, Hunan dibuat karena jalur yang tepat terletak di tengah-tengah China sangat strategis dengan berbagai infrastrukturnya. Seperti Pelabuhan Changsha, jalur kereta ekspres Changsha-Eropa, bandara di hingga jalan tol ke berbagai kota besar di China.

Stasiun Shanghai Hongqiao untuk kereta cepat dengan 30 peronStasiun Shanghai Hongqiao untuk kereta cepat dengan 30 peron Foto: Nograhany Widhi Koesmawardhani/detikFinance

Untuk jalur kereta misalnya. Per 2015 saja, menurut data dari China Statistical Yearbook 2016, panjang jaringan kereta mencapai 121 ribu kilometer. Dari 121 ribu kilometer itu, 20 ribu kilometer di antaranya adalah jaringan kereta cepat (high speed railway/HSR). China membangun 20.ribu kilometer jaringan kereta cepat hanya dalam waktu 10 tahun saja.

Bahkan salah satu tonggak modernisasi Jalur Sutra ini adalah kereta barang transnasional dari Kota Yiwu, China ke ibu kota Inggris, London pada Januari 2017 lalu. Kereta tersebut mengangkut pakaian, tas dan barang-barang keperluan rumah tangga yang ditujukan untuk pasar Eropa.

Bandara Internasional Pudong yang dekat dengan Pelabuhan ShanghaiBandara Internasional Pudong yang dekat dengan Pelabuhan Shanghai Foto: Nograhany Widhi Koesmawardhani/detikFinance

Rute yang dilalui kereta adalah yang dilalui para pedagang kuno dulu dalam Jalur Sutra, meliputi Kazakhstan, Rusia, Belarus, Polandia, Jerman, Belgia dan Prancis sebelum menyeberang ke Inggris. Kereta menempuh 12.070 Kilometer dalam 12 hari.

Sebelum kereta barang ke Barat, pada September 2016 lalu China juga meluncurkan kereta barang transnasional ke Asia Tengah, Afghanistan. Tepatnya dari Kota Nantong, pesisir China timur menuju Hairatan, Afghanistan.

Kereta dengan 45 gerbong itu menempuh 7.000 km dalam 12 hari melalui Kazakhstan dan Uzbekistan untuk mencapai Hairatan. Kereta akan kembali ke China dengan membawa barang-barang seperti buah-buahan kering, batu marmer, dan kuma-kuma atau safron yaitu rempah-rempah yang berasal dari bunga pacar.

Konektivitas ini tak hanya untuk barang, namun juga orang. Di Kota Shanghai, kota terbesar dan pusat finansial China misalnya, ada beberapa hub transportasi. Bandara International Shanghai Hongqiao terletak persis di sebelah Stasiun Kereta Cepat Shanghai Hongqiao, stasiun terbesar di Asia dengan 30 peron. Bandara Internasional Pudong dekat dengan Pelabuhan Internasional Shanghai.

Jalur Sutra Maritim China-ASEAN

Dengan negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN, China menelurkan prakarsa 21st Maritime Silk Road.

Volume dagang bilateral China-ASEAN, menurut data dari China Reports, ditargetkan mencapai US$ 1 triliun pada 2020. Ada 10 area perdagangan dalam China-ASEAN yakni pertanian, perikanan, kehutanan, industri IT, pariwisata, transportasi, properti intelektual, pengembangan SDM, usaha kecil menengah dan lingkungan.

Baik "Silk Road Economic Belt" dan "Maritime Silk Road in the 21st Century" digagas Presiden China Xi Jinping, pada September 2013 lalu, 6 bulan setelah Jinpung dilantik. Diharapkan prakarsa untuk menghidupkan kembali Jalur Sutra, jalur perdagangan dari China ke Eropa, bisa memberikan saling keuntungan di antara negara-negara yang dilalui Jalur Sutra, dengan strategi "One Belt One Road" (OBOR).

Pada 14 Mei 2017, akan diadakan KTT Jalur Sutra di Beijing untuk mewujudkan prakarsa itu menjadi kenyataan.

Bagaimana China bisa 'meledakkan diri' untuk pembangunan basis manufaktur dan infrastrukturnya? Bagaimana China bisa meyakinkan negara-negara tetangganya dengan kereta barang transnasionalnya? Apa saja kesempatan yang dan keuntungan yang bisa diraih Indonesia masuk dalam Jalur Sutra Maritim China?

Semoga Presiden Jokowi yang akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) One Belt One Road (OBOR) pada 14 Mei besok bisa menemukan jawabannya, dan terpenting merealisasikannya. (nwk/hns)

Hide Ads