Sepenggal Cerita Masa Kejayaan Kereta Api di Madura

Sepenggal Cerita Masa Kejayaan Kereta Api di Madura

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 17 Mei 2017 08:52 WIB
Foto: Tim Infografis, Andhika Akbarayansyah
Jakarta - Saat masih berada di bawah pemerintahan Kolonial Belanda, transportasi kereta api begitu diandalkan, baik untuk angkutan barang maupun penumpang. Belanda mulai membangun ribuan jaringan rel kereta api pasca kebijakan tanam paksa, tak terkecuali di Pulau Madura.

Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, mengatakan peran kereta di Pulau Garam tersebut bahkan sulit tergantikan dan jadi transportasi utama pengangkut komoditas maupun manusia. Lantaran kendaraan darat belum sebanyak sekarang.

[Gambas:Video 20detik]

"Dulu di Madura ada kereta, ramai penumpangnya, dan untuk angkut komoditas. Kereta di Madura tak tergantikan, karena belum ada transportasi lain sebanyak saat ini. Hasil dari kebun-kebun di Madura dibawa pakai kereta di bawa ke Surabaya. Sekarang relnya saja sudah pada hilang," kata Djoko kepada detikFinance, Rabu (17/5/2017).

Menurut dia, jaringan kereta di Madura yakni lintasan Kamal-Pamekasan sejauh 113 kilometer (km) dan Bangkalan-Telang sejauh 13 km. Jalur tersebut dioperasikan oleh perusahaan kereta Hindia Belanda, Madoera Stoomtram Maatschappij yang membangun relnya sejak pertengahan abad ke-19. Sampai kemudian jalur tersebut resmi ditutup pada 1987 lantaran masifnya peningkatan kendaraan bermotor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lanjut Djoko, selain mengoperasikan kereta, Madoera Stoomtram Maatschappij juga menjadi pengelola Pelabuhan Kamal. Sehingga pengangkutan dari menggunakan kereta sampai penyebrangan ke Surabaya terintegrasi dengan baik.

"Kalau zaman Belanda itu pelabuhan penyebrangan yang mengelola juga perusahaan kereta semua. Kalau sekarang kan dipisah, penyebrangan dikelola perusahaan tersendiri. Makanya banyak rel-rel itu sampai ke dermaga pelabuhan, karena pelabuhannya dikelola perusahaan kereta," jelas Djoko. (idr/wdl)

Hide Ads