BUMN pertahanan antara lain PT Dirgantara Indonesia (PT DI), PT Dahana, PT Industri Nuklir Indonesia (Inuki), PT LEN Industri, PT Pindad, dan PT INTI.
"Ke depan memang kita sinergi antara BUMN memang akan dikembangkan dan didorong untuk memperbaiki finansial dan pertumbuhan bisnis. Kita holdingnya di industri strategis, industri pertahanan," kata Direktur Utama PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) atau Inuki, Bambang Herutomo saat ditemui usai acara Diskusi Ancaman dan Pemanfaatan Nuklir di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (17/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Bambang, holding yang akan dibentuk ini tak ditarget untuk segera direalisasikan dalam waktu dekat seperti sejumlah holding BUMN lainnya.
"(BUMN) Pertahanan kita tidak dituntut cepat. Kita paling 2019. Juga nanti itu enggak ada induk (holding) nya. Kita tetap bisnis sesuai masing-masing kompetensinya, tapi mungkin manajemennya aja nanti diperkuat," ungkapnya.
Untuk bisnis PT Inuki sendiri, Bambang mengaku masih fokus pada peningkatan pasar dalam negeri yang saat ini masih kalah jumlahnya dibanding pasar ekspor. Seiring dengan hal tersebut, harapan perusahaan pemahaman soal pemanfaatan energi nuklir di masyarakat harus lebih tingkatkan.
"Rencana jangka panjang kita antara 2020-2025 itu kalau bisa IPO, dengan syarat fasilitasnya kita diperbaharui semua biar kapasitas produksi juga lebih banyak. Kapasitas lebih banyak kan kita lebih banyak jual," tandasnya. (hns/hns)