Pemerintah saat ini tengah fokus mencari cara meningkatkan penetrasi penggunaan uang elektronik dalam lima bulan ke depan lantaran penetrasi transaksi non tunai di gerbang tol baru mencapai 26%.
Berbagai persiapan pun kini tengah dilakukan baik oleh regulator, operator dan penyelenggara transaksi yakni perbankan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oktober tinggal 5 bulan lagi. Progres sekarang baru sekitar 26% penetrasinya (transaksi non tunai). Jadi proses menuju ke 100% itu ketat. Harus naikkan 12 persen per bulan," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna kepada detikFinance saat dihubungi di Jakarta, Kamis (18/5/2017).
Herry menjelaskan, untuk menggenjot penggunaan non tunai di tol, BUJT bersama dengan perbankan dan regulator melakukan beberapa strategi. Di antaranya memberikan kemudahan dan berbagai promosi agar masyarakat tertarik untuk menggunakan uang elektronik di tol. Salah satunya adalah dengan memberikan fasilitas langganan kepada pengguna jalan tol.
"Jadi BUJT nya menyediakan fasilitas langganan, sehingga transaksinya bisa free di jalan tol. Nanti ada yang diidentifikasi dalam bentuk kartu. Artinya secara proses di gerbang, dia tidak membayar tunai, dilakukan dengan langganan. Ini salah satu upaya mengurangi tunainya," jelas Herry.
Hal lainnya adalah melakukan kampanye serentak di hari libur nasional. Misalnya di rute-rute jalur mudik pada saat libur Lebaran nanti. Badan usaha juga didorong untuk memberikan promosi atau memberikan tarif yang lebih murah untuk pengguna yang bertransaksi dengan uang elektronik.
"Termasuk diskon Lebaran. Artinya yang pakai uang elektronik dapat diskon. Diskon itu kebijakan masing-masing BUJT. Artinya upaya itu agar semakin meningkatkan penetrasinya," tutur dia.
Dan yang paling penting adalah memberikan kemudahan untuk penggunaan uang elektronik. Mulai dari aksesibilitasnya ke seluruh gerbang tol, hingga kemudahan melakukan isi ulang saldo. (dna/dna)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 