Sebelum Ditutup, Jalur Kereta Salemba Dipakai untuk Angkut Opium

Sebelum Ditutup, Jalur Kereta Salemba Dipakai untuk Angkut Opium

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 07 Jun 2017 09:45 WIB
Foto: Muhammad Idris/detikFinance
Jakarta - Sebelum Indonesia merdeka, pemerintahan Kolonial Belanda mewariskan ribuan kilometer rel kereta api. Sebagian masih aktif digunakan, sebagian lagi sudah mati lantaran tak lagi dilintasi kereta api, salah satunya jalur non aktif Salemba-Pegangsaan-Cikini-Tanah Abang.





Menurut Vice President Corporate Communication PT KAI (Persero), Agus Komarudin, jalur kereta itu dulunya difungsikan untuk mengangkut produk opium dan bahan bakunya. Rel maupun bantalannya sendiri saat ini sudah hampir tak berbekas, sementara bangunan stasiun berubah jadi rumah petak warga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat zaman Belanda, perdagangan opium dilegalkan dan menjadi salah satu penyumbang pajak yang sangat besar untuk pemerintah. Sisa-sisa bangunan pabrik opium di Salemba sendiri saat ini masih ada, dan telah beralih fungsi menjadi gedung Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI).

"Saat ini bekas Pabrik Opium Salemba masih dapat dilihat dan dipergunakan sebagai kompleks Pascasarjana Universitas Indonesia. Akan tetapi bekas-bekas dari jalur kereta api di Stasiun Salemba sudah sulit ditemukan," jelas Agus kepada detikFinance, Rabu (7/6/2017).

Sebelum Ditutup, Jalur Kereta Salemba Dipakai untuk Mengangkut OpiumSebelum Ditutup, Jalur Kereta Salemba Dipakai untuk Mengangkut Opium Foto: Muhammad Idris/detikFinance

Peninggalan yang masih tersisa adalah jembatan rel kereta api di sisi barat stasiun yang sudah tidak terlihat bekas jalan kereta api. Kini jembatan tersebut masih berdiri kokoh dipergunakan sebagai jembatan penyebrangan warga sekitar.

Stasiun Salemba masih beroperasi untuk melayani pengangkutan opium melalui Pabrik Opium-Stasiun Salemba-Jakarta. Pabrik Opium yang diperkirakan dibangun tahun 1901 ini berada di seberang Stasiun Salemba dan memiliki jalur kereta khusus menuju Stasiun Salemba. Namun, pada tanggal 2 September 1981 Stasiun Salemba berhenti beroperasi setelah Pabrik Opium Salemba.

Seperti diketahui, Batavia saat itu, terdapat beberapa perusahaan kereta api milik swasta dan pemerintah. Perusahaan swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) membangun jaringan rel pertama kali di Jakarta dengan lintasan Jakarta-Bogor yang dibuka tahun 1873.

Sebelum Ditutup, Jalur Kereta Salemba Dipakai untuk Mengangkut OpiumSebelum Ditutup, Jalur Kereta Salemba Dipakai untuk Mengangkut Opium Foto: Muhammad Idris/detikFinance

Kemudian perusahaan pemerintah Staatssporwegen (SS )membangun jaringan Jakarta-Tanjung Priok yang diresmikan tahun 1886, dan Jakarta -Anyer dengan cabang Duri-Tangerang tahun 1899. Sementara Bataviasche Ooster Spoorweg Maatscappij (NOS) membuka jalur timur yakni Jakarta-Bekasi-Karawang yang tahun 1989 diambil alih oleh SS.

Diungkapkan Agus, Sebagai penghubung jalan kereta api di tengah, barat, dan timur, dibangun jaringan kereta api yang yang diperkirakan dibangun oleh SS antara tahun 1896-1905. Jalur ini meliputi jalur barat SS, yakni selatan Halte Tanah Abang melewati jalur tengah NISM dilanjutkan ke kawasan Salemba menuju jalur timur BOS.

Stasiun Kereta Jadi Rumah PetakStasiun Kereta Jadi Rumah Petak Foto: Muhammad Idris/detikFinance

Tahun 1913, SS membeli jalan lintas Jakarta-Bogor milik NISM sebagai upaya mengoptimalisasi jalur bagian barat. Setelah SS menguasi seluruh jaringan rel kereta api di Jakarta. SS menata ulang jalur kereta api di Jakarta, seperti membongkar Stasiun Boekitdoeri eks-NISM dan membangun Stasiun Manggarai yang diresmikan pada tanggal 1 Mei 1918.

"Membangun Balai Yasa Manggarai sebagai tempat perbaikan lokomotif dan kereta, serta membangun jalur kereta api menuju Jatinegara melalui rute seperti sekarang ini. Penataan ulang ini membuat peranan Stasiun Salemba tergantikan oleh Stasiun Manggarai," kata Agus.

(idr/mkj)

Hide Ads