Ambisi Besar China Bangun Jalur Sutra Modern, Cukupkah Dananya?

Ambisi Besar China Bangun Jalur Sutra Modern, Cukupkah Dananya?

Hans Henricus BS Aron - detikFinance
Senin, 26 Jun 2017 12:51 WIB
Foto: DENIS BALIBOUSE
Jakarta - Ambisi China menghidupkan kembali Jalur Sutera lewat program One Belt One Road belum memiliki pendanaan yang cukup. Dikutip dari CNBC.com, hal ini disampaikan perwakilan pemerintah China dalam diskusi pembiayaan One Belt One Road di New York, Amerika Serikat (AS), pertengahan Juni.

Presiden China Xi Jinping pertama kali mengumumkan rencana ambisius itu di 2013. Xi ingin membangun jaringan infrastruktur di selatan dan barat China, yang merupakan kawasan Jalur Sutra, untuk menghubungkan Asia dan Eropa.

Xi telah memaparkan ambisi membangun Jalur Sutera dalam Belt and Road Forum for International Cooperation di Beijing, Mei 2017. China akan berkontribusi 100 miliar yuan atau sekitar US$ 14,68 miliar untuk pendanaan Jalur Sutra.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selain itu, China Development Bank dan The Export-Import Bank of China bakal menyiapkan pendanaan hingga 380 miliar yuan. Terlepas dari rencana pendanaan tersebut, masih ada celah kekurangan dana yang perlu jadi perhatian.

"Ada celah sangat besar di rencana itu," ujar Wei Jianguo, vice chairman of the board for The China Center for International Economic Exchanges, lembaga yang punya relasi dekat dengan pemerintah China, seperti dikutip dari CNBC.com, Senin (26/6/2017).

Program One Belt One Road bakal menelan biaya hingga triliunan dolar, dan diprediksi bakal meningkat lagi. Februari lalu, Asian Development Bank dalam laporannya memperkirakan butuh investasi sebesar US$ 1,7 triliun dolar setahun membangun Asia atau sekitar US$ 26 triliun hingga 2030.


Pemerintah China menekankan, One Belt One Road merupakan proyek yang diinisiasi Beijing dengan harapan negara-negara lain juga ikut terlibat. Salah satu contoh kerja sama pendanaan One Belt One Road adalah Asian Infrastructure Investment Bank, yang diluncurkan China bekerja sama dengan AS, telah membiayai 9 proyek senilai US$ 1,73 miliar.

Namun, untuk memecahkan bagian terbesar dari masalah pendanaan, China mengandalkan sektor swasta. Menurut Michael Hirson, dari Eurasia Group, perusahaan-perusahaan China telah berinvestasi US$ 50 miliar di proyek One Belt One Road.

"Saya pikir, kita bisa mengatakan ada progres di One Belt One Road apabila kita melihat ada progres dari pihak swasta," kata Zhao Jinping, Direktur The Research Department of Foreign Economic Relations in the development research center of the Chinese State Council

Zhao mengatakan, menurut perhitungan pemerintah China, dalam waktu 3 tahun pertama program One Belt One Road, 1.000 lebih perusahaan akan menanam modal di 56 proyek yang tersebar di 20 negara. Ini bisa mendongkrak pendapatan pajak hingga US$ 1,6 miliar dan menciptakan 180.000 lapangan pekerjaan.

Yang jelas, perusahaan-perusahaan China diharapkan ikut ambil bagian dalam One Belt One Road, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai target yang ingin diraih.

"Tak ada cara lain yang kredibel menjanjikan proyek One Belt One Road bisa mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi," tutur Scott Kennedy, pakar tentang China dari Center for Strategic and International Studies. (hns/idh)

Hide Ads