Bappenas: Sarjana Banyak, Tapi Tak Cocok dengan Lapangan Kerja

Bappenas: Sarjana Banyak, Tapi Tak Cocok dengan Lapangan Kerja

Muhammad Idris - detikFinance
Selasa, 11 Jul 2017 14:52 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Banyak lulusan perguruan tinggi masih menganggur atau dalam kasus lainnya, banyak lulusan pendidikan tinggi bekerja tidak sesuai dengan kualifikasinya selama menempuh pendidikan.

Menurut Menteri Perancanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, fenomena tidak sesuainya pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja, bisa dilihat di industri keuangan seperti perbankan.

"Karena pendidikan umum mencetak banyak sarjana, tapi tidak match dengan kebutuhan lapangan kerjanya. Dalam proses rekruitmen tenaga kerja, banyak sekali terjadi dismatch," ujar Bambang dalam acara 'Demografi Indonesia' di kantornya, Jakarta, Selasa (11/7/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Bambang, fenomena yang umum terjadi yakni banyak lulusan umum perguruan tinggi yang menyeberang ke sektor keuangan, lantaran minimnya lapangan kerja di bidangnya masing-masing.

"Artinya untuk bidang umum, bidang yang terkait sektor keuangan kebutuhan tenaga kerjanya sebenarnya lumayan banyak. Tapi yang mendaftar jauh lebih banyak. Karena banyak orang dari pendidikan umum ingin kerja di sektor keuangan. Tapi poinnya adalah suplai (tenaga kerja) jauh melebihi demand," ujar Bambang.

Di sisi lain, banyak pula sektor yang membutuhkan tenaga kerja tapi sepi pelamar lantaran kurangnya kualifikasi keterampilan yang dibutuhkan.

"Kesempatan kerja yang naik kalau tidak diimbangi dengan kualitas, tentunya tidak akan menolong banyak. Yang namanya bisnis, perusahaan, pasti membutuhkan tenaga kerja yang qualified. Nah kualifikasi tenaga kerja itu yang harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah," jelas Bambang.

Program yang tengah digeber pemerintah untuk menuntaskan problem tersebut, kata dia, yakni lewat perbaikan menyeluruh pada pendidikan vokasi atau sekolah kejuruan.

"Kenapa yang melamar sedikit? Bukan karena menganggap kerjaan itu enggak menarik, tapi kebanyakan tidak qualified. Kenapa tidak qualified? Karena memang kualitas SMK maupun politeknik kita masih perlu di-upgrade. Oleh karena itu, khususnya di level sekolah menengah SMK, pemerintah akan memberikan penekanan yang lebih," pungkas Bambang. (idr/mkj)

Hide Ads