Kisah Warga Cilegon Bertani di Lahan Bekas Tambang Pasir

Kisah Warga Cilegon Bertani di Lahan Bekas Tambang Pasir

Muhammad Iqbal - detikFinance
Rabu, 12 Jul 2017 17:15 WIB
Foto: Muhammad Iqbal/detikcom
Cilegon - Kampung Sondol, Kelurahan Taman Baru, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Banten adalah salah satu daerah yang dikelilingi tambang pasir.

Sekitar 5 tahun lalu, atau 2012, perbukitan di kampung itu masih ditumbuhi berbagai tanaman, di antaranya Palawija dan tanaman sayur yang ditanam oleh masyarakat sekitar. Meski tanah di kampung itu tanahnya berbentuk cadas, namun berbagai tanaman seperti kacang tanah dan kacang sayur serta jagung tumbuh subur.

Tanah subur itu kini berubah drastis, sisa-sisa pengerukan nampak jelas, kontur tanah perbukitan yang menjulang kini jadi kubangan. Di balik keuntungan tambang pasir yang melimpah, ada kisah miris yang melatarbelakangi tergerusnya tanah perbukitan di Kampung Sondol.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penambangan pasir baru berhenti sekitar 3 tahun lalu, kubangan bekas tambang perlahan diurug, cerita miring pun menghampiri aktivitas pertambangan. Salah seorang petani yang ditemui detikcom yang tak mau disebutkan namanya menceritakan, sekitar 2012 lalu, tanah seluas 2.000 meter persegi ditawar oleh beberapa anak buah salah seorang pengusaha asal Rangkasbitung, Lebak, Banten.

Petani di Kampung Sondol-CilegonPetani di Kampung Sondol-Cilegon Foto: Muhammad Iqbal/detikcom

Mereka menawar tanah milik petani itu untuk ditambang, namun tidak untuk dijual, petani tersebut hanya menyetujui untuk dilakukan penambangan sebatas tingginya jalan utama kampung.

"Bilangnya yang punya itu biar endep, biar datar gitu, supaya rata jalan begitu. Cuma kan perjanjiannya cuma omongan doang, nggak ada bukti enggak ada tulis surat," ungkapnya yang tak ingin disebutkan namanya, saat ditemui di lokasi, Rabu (12/7/2017).

Ia menyebut, perjanjian pengerukan tanah untuk tambang pasir itu tidak tertulis alias tidak ada hitam di atas putih, setelah negosiasi selesai, pengerukan pun dilakukan. Namun, beberapa tahun proses tambang pasir berjalan, kesepakatan itu hanya janji.

Tanah yang seharusnya dikeruk hanya rata dengan jalan isapan jempol. Penambangan dilakukan hingga 15 meter ke bawah dari kesepakatan awal, pemilik tanah pun tak bisa berbuat apa-apa lantaran tak ada bukti tertulis berupa surat perjanjiaan.

"Ya namanya tambang pasir, makin ke bawah makin bagus, makin hitam gitu, ya namanya tambang pasir kan enak-enak. Mungkin yang punya tuh makin tahun ya gimana ya, kebutuhannya masing-masing," ujarnya lagi.

"Banyak yang nggak dijual, diambil pasirnya doang, saya kan kesepakatannya diambil pasirnya, saya kan mintanya kan rata jalan, cuma ya namanya lisan, kalau nggak ada surat perjanjiannya kemungkinan lah ya gitu," sambungnya.

Bertani di bekas tambang pasir

Tanah tersebut dibeli secara borongan atau tidak dibeli per meter, dari kesepakatan dengan pihak penambang, harga yang disepakati sebesar Rp 15 juta.

"Ya, 15 juta lah, saya mah nggak terlalu tinggi sih, dari jalan itu paling 5 meter (ketinggiannya). Jadi, hitung-hitung mah sedikit sebetulnya mah, di sini kan paling sedikit pasirnya, yang di situ aja tuh. Ya itu lah namanya omongan, najan (kalaupun) saya mengajukan (ke pengadilan) enggak bisa," jelasnya.

Petani di Kampung Sondol-CilegonPetani di Kampung Sondol-Cilegon Foto: Muhammad Iqbal/detikcom

Kini, ia memanfaatkan tanah bekas tambang tersebut untuk bertani. Rumput ilalang yang tinggi ia babad habis agar kembali dapat ditanami sayuran. Ia menanam sayur di tanah 5 meter di bawah jalan raya.

Dulu kata dia, sebelum ditimbun tanah oleh pengusaha tambang, dari batas jalan raya ke bawah kedalamannya mencapai 10 meter. Tanah timbunan itu mesti rajin dipupuk agar subur.

"Jadi diurug, terus ininya (tebing) ditipiskan, kan dulunya tebal, ditipiskan. Ya udah kalau udah ini mah saya tanamin aja," jelasnya.

Aktivitas penambangan pun kini perlahan berhenti, satu alat berat terlihat menimbun kubangan bekas tambang dengan tanah agar tak ada air bekas tambang.

Kampung Sondol adalah salah satu contoh daerah penghasil pasir yang banyak dikirim ke berbagai daerah. Aktivitas tambang di sepanjang Jalur Lingkar Selatan (JLS) itu banyak dijumpai. Beberapa dari perusahaan tambang pasir bahkan memajang tulisan di pinggir jalan untuk menjajakan pasir. (hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads