Sungai ini pernah disusur oleh Sukarno pada tahun 1957, untuk menghadiri peresmian monumen atau tugu ibu kota Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Saat itu Sukarno menyusuri sungai dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah selama dua hari penuh.
Di atas Sungai tersebut dibangun sebuah Jembatan sepanjang 640 meter dan lebar 9 meter untuk menghubungkan Kota Palangkaraya dengan 4 kabupaten, yakni Kabupaten Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara dan Murung Jaya. Jembatan tersebut dikenal dengan nama Jembatan Sungai Kahayan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Jembatan Kahayan yang kini menjadi landmark (icon) Kota Palangkaraya diresmikan pada tahun 2001, setelah dibangun sejak tahun 1995. Jembatan Kahayan bisa dijangkau dengan sangat mudah karena letaknya yang hanya sekitar 1 km dari pusat Kota Palangkaraya.
![]() |
Berdasarkan pantauan detikFinance di lokasi, Kamis (13/7/2017), jembatan ini kini ramai dilalui oleh masyarakat menunjang aktivitas sosial dan ekonomi di Kota Palangka Raya. Pada malam hari, jembatan ini dipenuhi oleh lampu warna-warni yang membuat kota Palangka Raya begitu indah dinikmati saat malam hari.
![]() |
Hal ini sesuai dengan yang pernah dikatakan Sukarno pada tahun 1957 silam. Sukarno ingin memadukan konsep transportasi sungai dan jalan raya, seperti di negara-negara lain. Di mana warga dapat bersantai dan menikmati keindahan kota yang dialiri sungai.
"Janganlah membangun bangunan di sepanjang tepi Sungai Kahayan. Lahan di sepanjang tepi sungai tersebut, hendaknya diperuntukkan bagi taman sehingga pada malam yang terlihat hanyalah kerlap-kerlip lampu indah pada saat orang melewati sungai tersebut," kata Sukarno. (dna/dna)