Tampak dari luar hingga ke dalam area mal tak terlihat banyak pengunjung lalu-lalang. Di lantai dasar pun, banyak toko yang tutup. Namun, jika naik ke atas, suasana terlihat lebih hidup karena adanya toko suku cadang mobil, aksesoris mobil, hingga showroom mobil bekas.
Endar, seorang pedagang jok mobil mengatakan, sepinya mal lantaran dari awal untuk pusat penjualan aksesoris dan sparepart mobil, sehingga memang jumlah pengunjungnya tak sebanyak mal-mal lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ramainya di mal ini beda dengan mal yang jualan pakaian dan sebagainya. Karena di sini fokus menjual onderdil dan aksesoris mobil, jadi yang datang hanya menengah atas untuk keperluan kendaraan. Bukan mal untuk cari hiburan kemudian bawa anak dan sebagainya," kata Endar saat berbincang di tokonya, Selasa (18/7/2017).
Pengunjung mal biasanya pemilik mobil, pengusaha bengkel, komunitas otomotif, hingga pemburu mobil bekas.
"Meski sepi tapi ya selalu ada pembeli, biasanya mereka order dulu lewat telepon atau cari dari internet. Karena sudah ada langganan. Pokoknya ada saja (pembeli), jadi bukan kayak di mal lain, datang cari baju atau apa, khusus cari aksesoris mobil. Khusus pengunjungnya, kalau di lantai bawah agak kosong karena banyakan kantor," ujar Endar.
![]() |
Sementara itu, Eko, pedagang mobil bekas di MGK menuturkan, memang tak banyak pengunjung mal yang tak jauh dari PRJ Kemayoran tersebut. Para penjual mobil bekas di sini pun rata-rata menjual mobilnya lewat iklan di koran dan internet.
"Jarang orang datang ke sini sengaja cari mobil bekas. Biasanya lihat iklan yang kita pasang di koran baru kemudian cek mobil di sini. Kalau dibilang sepi ya sepi, jadi memang kayak bukan mal, karena memang segmennya untuk yang punya mobil saja," jelas Eko.
Mal MGK berdiri pada 2005 dan menjual alat-alat teknik dan otomotif. Kemudian sekitar tahun 2012 pengelola mal memutuskan fokus pada otomotif termasuk mobil bekas.
Menarik tenant
Ronny Martinus, Manager Event dan Promotion Manager MGK Kemayoran, menambahkan suasan mal yang sepi lantaran memang untuk kendaraan roda empat, khususnya aksesoris kendaraan dan onderdil.
"Mal ini awal dibangun tahun 2005 itu fokus di penjualan teknik dan otomotif. Tapi di 2012 kita mulai fokus ke mal otomotif. Jadi dari awal memang sudah khusus. Makanya di lantai 2 dan 3 kita khususkan untuk penjualan mobil bekas dan bisa muat 800 mobil," ungkapnya.
![]() |
Di lantai dasar hingga lantai 2 memang tingkat okupansinya masih sedikit, sehingga pengelola mal menyiasatinya dengan mencoba menata lantai tersebut untuk tenant kategori hobi seperti penjualan mainan kendaraan sampai sepeda.
"Ground dan upper kita fokus untuk produk hobi seperti sepeda, mainan mobil, dan lainnya. Sehingga ada daya tarik di situ dalam satu zona di tambah hypermart. Sementara lantai atas untuk penjualan aksesoris dan suku cadang. Ada beberapa toko yang tutup, makanya kita coba tingkatkan okupansi dengan menyewakannya sebagai kantor," terang Ronny.
Untuk menarik lebih banyak pengunjung, pihaknya rutin menggelar acara-acara khusus yang dilakukan pengelola mal maupun sejumlah komunitas pecinta otomotif, dua kali dalam sebulan.
![]() |
"Kita buat event minimal sebulan dua kali. Agar tetap menarik, kita coba jadi mal yang khusus menjadi pusat otomotif, memang ada mal lain seperti WTC yang juga membuka showroom mobil bekas, tapi kita lebih lengkap dengan sekaligus menjadi pusat aksesoris mobil," tukasnya. (idr/hns)