Apakah penyebabnya karena toko online? Ketua Umum DPP Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Stefanus Ridwan, menampik jika gejala maraknya belanja lewat daring berkontribusi besar pada turunnya jumlah kunjungan masyarakat ke pusat belanja.
"Online itu sangat kecil pengaruhnya. Hanya 1% dari omzet. Saya kira karena tidak banyak perubahan, semua yang tidak berubah pasti lama-lama ditinggalkan," ujar Stefanus ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (17/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengelolaan mal mirip seperti restoran, kalau begitu-begitu saja akan ditinggalkan. Ada orang senang datang bisa duduk-duduk, bisa bergaya, foto-foto makannya, kemudian (foto) ruangannya, ada cerita di situ, kemudian bisa diposting di Instagram dan sebagainya. Kalau hanya mengandalkan toko saja (belanja), repot itu," kata Stefanus.
Contoh lainnya, sambung Stefanus, WTC Mangga Dua yang meredup lantaran sepi ditinggal pengunjung dan penyewanya.
"WTC sama saja, masalahnya sama. Dia berubah atau tidak? Semua yang tidak berubah pasti lama-lama akan ditinggal. WTC masih bisa berubah, belum terlambat. Harus ada yang berbeda," tutur Stefanus. (idr/hns)