Suharyanto, salah seorang penduduk lokal membawa hasil buminya ke Palangka Raya dari Desa Bahaor yang berada di Kabupaten Pulang Pisau. Ia rela menempuh waktu sehari semalam menyusur sungai demi membawa barang dagangannya dijual ke Palangka Raya.
Transportasi sungai masih dipilih lantaran jalur darat dirasa tak cukup efektif, dan jalan yang dilalui pun kurang mulus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sekitar pinggiran sungai kahayan yang membelah kota Palangka Raya juga banyak ditemui rumah-rumah terapung, toko, warung, dan keramba ikan yang serba terapung.
Salah seorang petani keramba, Aan mengaku bisa memanen ikan dalam 6 bulan sekali. Sekali panen, Aan mengaku dapat memperoleh pendapatan hingga Rp 10 juta.
Perputaran uang pun dilakukannya dengan menjual langsung ikan hasil panennya ke pasar sembari menunggu hasil panen lainnya secara bertahap.
Selain itu ada pula wisata susur sungai yang juga menjadi salah satu sumber pencaharian masyarakat tepian Sungai Kahayan. Sarana transportasi susur sungai ini menggunakan kapal kecil, besar atau kelotok wisata yang bersandar di sekitar pelabuhan tugu Sukarno ataupun Rambang.
Lewat jasa perahu kelotok yang menyusuri sungai kahayan, Utuh, salah seorang penyedia jasa susur sungai Kahayan mematok tarif Rp 500 ribu per trip. Dengan jumlah trip dalam sebulan 5 hingga 10 kali, maka penghasilan kotor yang bisa diperoleh dalam sebulan mencapai Rp 2-3 juta.
"Jadi ini banyak masyarakat yang bekerja wisata susur sungai Kahayan. Ada yang pakai perahu besar, sedang sampai yang kecil. Tarif perahu yang besar itu sekitar Rp 750 ribu per trip. Kalau yang besar sekali lagi ada lagi, bisa jutaan," ucapnya. (ang/ang)