Palangka Raya sendiri tak buruk-buruk amat menjadi sebuah kota pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah. Infrastruktur di Palangka Raya cukup baik kondisinya lantaran kota ini juga masih sangat kecil penduduknya, sementara luas terbangunnya masih sangat sedikit.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yang dirangkum detikFinance, dari infrastruktur konektivitas, Provinsi Kalimantan Tengah memiliki kondisi jalan perkotaan dengan kondisi mantap 88%. Dari total panjang jalan Provinsi 1.100 km di Kalimantan Tengah, yang ada di Palangka Raya sendiri ada sekitar 25 km. Sedangkan untuk jalan nasional, dari total panjang 2.002 km, ada sekitar 80 km yang berlokasi di Palangka Raya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena luas Kalteng ini 1,5 nya pulau Jawa. Sementara dana infrastruktur untuk APBD itu hanya Rp 300 miliar. Kalau di Jatim aja berapa triliun. Panjang jalan nasional kita 2.000-an km yang ada di Kalteng, jalan Provinsi 1.100 km. Jalan kabupaten ada sekitar 15.000 km. Dengan dana segitu, enggak bisa terbangun dong," katanya kepada detikFinance saat ditemui di Palangka Raya, seperti ditulis Jumat (21/7/2017).
Untuk infrastruktur konektivitas lainnya, Palangka Raya memiliki satu bandara yang menjadi pintu masuk terdekat melalui udara, yakni Bandara Tjilik Riwut. Bandara Tjilik Riwut memiliki panjang landasan pacu 7.230 meter dan lebar 2.600 meter.
Luas terminal yang saat ini masih kecil membuat jumlah penumpang yang dapat ditampung hanya sekitar 300-400 orang. Adapun luasan terminal yang kecil disebabkan traffic penumpang menuju Palangka Raya terbilang kecil. Pasalnya, selama ini diketahui Palangka Raya bukan kota ekonomi, melainkan pusat administrasi pemerintahan.
Meski demikian, seiring dengan semakin bertambahnya penduduk dan pembangunan, perluasan bandara pun sudah dilakukan sejak akhir tahun 2014 lalu. Terminal bandara yang diperluas hingga 15.553 m2 akan mampu menampung penumpang hingga 3.000 orang.
Kota Palangka Raya juga belum memiliki infrastruktur perumahan massal. Sehingga masyarakat biasanya masih membangun rumah sendiri.
"Karena jumlah penduduk. MBR ada di sini tapi masuk ke kecamatan / kabupaten. Enggak ada di Palangka Raya," tutur Leo.
Dari segi kelistrikan, Palangka Raya sendiri masuk ke dalam sistem Borneo, bersamaan dengan Kalimantan Selatan. Kepala Bappeda Kalteng, Yuren S Bahat mengatakan kondisi kelistrikan Palangka Raya masih menyisakan beban puncak sekitar 20 MW, sehingga yang paling dibutuhkan saat ini adalah pembangunan transmisi dan distribusi.
Meski kondisi infrastruktur Kota Palangka Raya saat ini masih cukup memadai, namun adanya wacana pemindahan Ibu Kota juga turut membuat Palangka Raya berbenah dan menyiapkan beberapa proyek infrastruktur.
Mulai dari jalur kereta api dari Puruk Cahu ke Batanjung sepanjang 425 km, pengembangan lahan produksi pertanian seluas total lebih dari 500 ribu ha, pembangunan dan peningkatan ruas jalan strategis menuju akses pelabuhan dan bandara, pembangunan dua pelabuhan Samudera, pembangunan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) di Palangka Raya, pembangunan transmisi dan distribusi listrik hingga pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bangkanai di Barito Utara. (dna/dna)