Akan tetapi, kalangan dunia usaha, khususnya di sektor ritel mengeluhkan penjualan yang kian lesu. Asumsinya daya beli masyarakat ternyata terus menurun.
Kondisi tersebut memang membingungkan. Begitu juga yang dirasakan oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution. Menurutnya, ritel tak bisa jadi rujukan kondisi daya beli masyarakat secara umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darmin mengakui ada perlambatan pertumbuhan di sektor ritel. Artinya ada kenaikan, namun tidak sebesar 5-6 tahun yang lalu. Asumsi dunia usaha kata Darmin berdasarkan data pada akhir Juni 2017, saat Lebaran.
"Siapa yg belanja saat Lebaran? tidak ada lagi yang beli baju waktu lebaran. lebaran itu libur selama 10 hari," jelasnya.
Asumsi lain menyebutkan ada peralihan ke belanja online. Darmin menyadari adanya peningkatan belanja dengan metode baru tersebut, akan tetapi hingga sekarang belum ada data transasksi dengan lengkap.
"Saya tetap tidak bermaksud mengatakan pertumbuhan bisnis ritel yang menurun itu salah. Itu betul, tapi tidak sejauh itu," terang Darmin.
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) optimis, sektor ritel akan kembali tumbuh tinggi pada Juli 2017, di mana datanya akan keluar pada awal Agustus mendatang.
"Apakah belanja turun atau pertumbuhannya turun apa enggak? Jangan buru-buru menyimpulkan, tunggu datanya selesai," tukasnya.
Tidak hanya itu, ekspor juga dimungkinkan kembali normal. Baik ekspor hasil industri maupun pertanian. Saat menjelang maupun setelah Lebaran, aktivitas perdagangan memang jauh berkurang.
"Boleh jadi karena diukur di bulan syawal (momen lebaran), memang tidak terjadi transaksi. Tapi setelah syawal, kita percaya transaksi akan normal," pungkasnya. (mkj/bpn)











































