Dalam sambutannya saat membuka Florikultura Indonesia, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan bahwa pasar ekspor florikultura dunia saat ini dikuasai oleh Belanda, Kolombia, Ekuador, Ethiopia, Kenya, dan India.
Sementara ekspor florikultura Thailand, Malaysia, Australia, Israel, Selandia Baru, dan Afrika Selatan juga semakin menggeliat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perdagangan florikultura Indonesia, sambungnya, sekarang masih sangat terbatas, hanya pada perdagangan domestik dan sedikit perdagangan regional.
Padahal potensi pasar florikultura sangat besar. Produksi floral dunia diperkirakan mencapai US$ 55 miliar per tahun.
"Saya sengaja mengangkat isu florikultura ini ke tingkat nasional, karena saya tahu potensi florikultura ini masih belum digarap secara maksimal. Pasarnya masih terbuka," ujar Darmin.
Ia yakin florikultura dan hortikultura mampu memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Indonesia punya keragaman plasma nutfah yang besar di hutan tropis.
Iklim tropis memungkinkan banyak produk florikultura dan hortikultura di dunia bisa berkembang dengan baik di Indonesia.
"Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, salah satunya saya ingin mendorong produk florikultura ini," tukas dia.
Acara Florikultura Indonesia ini merupakan salah satu upaya untuk membangunkan potensi ekonomi florikultura di Indonesia.
"Selama kita belum dapat menyentuh pasar dunia, maka secara domestik kita harus mempromosikan dan meningkatkan demand akan produk florikultura di dalam negeri," ucap Darmin.
Pada kesempatan ini, Darmin juga mencanangkan Hari Florikultura Indonesia bertepatan dengan tanggal 24 Juli.
"Jadi dengan ditetapkan Hari Florikultura Indonesia, saya harapkan dapat menjadi perekat nasional florikultura, yang saat ini sudah berkembang secara masing-masing di provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia," tutupnya. (mca/dna)