Lalu beberapa sektor juga mengalami pelemahan realisasinya di kuartal II-2017. Seperti konsumsi semen, suplai properti nasional juga mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2016.
"Ya menurut saya, kondisinya bahwa pertumbuhan itukan masih cukup kuat yah, kita perkirakan semester I ini 5,1%, antisipasi kita seluruh tahun 5,2%," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara di Gedung DPR, Rabu malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga dengan demikian daya beli tetap ter-support, terdukung, kita berharap tahun ini konsumsi bisa di 5,1%," kata pria yang kerap disapa Sua.
Dia menyadari adanya beberapa kondisi yang mengalami penurunan, namun Sua meramalkan perekonomian Indonesia tetap bergerak dengan baik sesuai rambu-rambu yang ditetapkan dalam APBN 2017.
"Kemarin di periode ramadan, inflasi sangat terjaga dan rendah, dengan begitu kita yakin perekonomian bergerak dengan baik, tentu kita memperhatikan terus, kita menunggu angka resmi pertumbuhan ekonomi yang akan dikeluarkan oleh BPS awal Agustus," tutup dia.
Ia mengatakan, sepinya beberapa pusat perbelanjaan di Ibu Kota Indonesia ini dikarenakan suatu dinamika.
"Saya rasa dinamika itu tetap ada, siklus puasa, lebaran yang biasanya banyak makanan, sekarang mulai masuk anak sekolah ada pengeluaran, biasanya pengeluaran yang tinggi itu di pendidikan," kata Suahasil.
Meski demikian, dia tetap meramalkan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh dikisaran 5,2% atau sesuai dengan target yang ditetapkan dalam APBN Tahun Anggaran 2017.
Ramalan tersebut, kata Suahasil didukung oleh beberapa indikator dasar perekonomian Indonesia, salah satunya tingkat inflasi yang hingga semester I mencapai 4,3% atau masih di bawah target APBN yang sebesar 4
Bahkan, Dia memastikan fenomena banyaknya pusat berbelanja mulai sepi tidak membuat buruk perekonomian Indonesia di sepanjang tahun ini.
"Saya rasa sih kita inflasikan tetap terjaga, sekarang sekitar 4,3% YoY, kami yakin itu akan turun, sehingga daya beli akan meningkat ke depannya, di dunia saya rasa ekspor kita masih tetap positif, harga komoditas untuk oil memang tidak setinggi yang diharapkan, di APBN juga dilakukan penyesuaian," tutup dia. (ang/ang)