Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia berada di urutan pertama pengkonsumsi halal food terbesar di dunia, namun tetap saja Indonesia belum bisa menjadi pelaku usaha halal food secara global.
"Masalahnya Indonesia ini adalah yang paling tinggi untuk menggunakannya tapi belum menjadi playernya. Misalnya halal food kita ranking 1, US$ 1,17 triliun. Tapi kita player di halal food itu belum ada," ungkap Perry di Fairmont Hotel, Jakarta, Jumat (28/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian juga halal travel, halal fashion, kita belanjanya renking ke 5 tapi kita belom punya player. Sementara negara lain yang bahkan non muslim, seperti Korea, Thailand mereka jadi player travel," terangnya.
Potensi pengembangan industri halal pun dirasanya masih terbuka sangat lebar, apalagi tren hijab fashion yang sekarang tengah digandrungi di dunia.
"Belum lagi kosmetik, kira-kira ada 44 item (kosmetik dan fashion) yang anda gunakan setiap hari," ujarnya.
Lebih lanjut Perry menambahkan, besaran volume aktivitas bisnis halal secara global akan meningkat pada tahun 2021 menjadi US$ 6,38 triliun dari sebelumnya pada 2015 sekitar US$ 3,84 triliun.
Oleh karena itu, Perry mengaku, Indonesia harus segera bergerak cepat untuk mengembangkan industri halal. Sehingga tak hanya menjadi pasar terbesar, tapi juga sebagai pelaku yang bisa mengendalikan pasar global.
"Kalau enggak kita garap, nanti kita hanya sebagai pasar saja. Kita perbesar usaha-usaha ekonomi syariah ini, Indonesia halal suply chain," terangnya. (dna/dna)