Luhut Ajak Swasta Ikut Danai Proyek LRT Jabodebek

Luhut Ajak Swasta Ikut Danai Proyek LRT Jabodebek

Michael Agustinus - detikFinance
Senin, 31 Jul 2017 19:05 WIB
LRT Jabodebek. Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, hari ini mengadakan rapat untuk membahas proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek).

Luhut mengundang Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Bank Mandiri, BNI, dan PricewaterhouseCoopers (PwC).

Berdasarkan hasil kajian dari PwC, biaya proyek LRT Jabodebek bisa dibuat lebih efisien lewat beberapa cara. Pendapatannya juga dapat ditingkatkan sehingga Internal Rate Return (IRR) atau tingkat pengembalian modalnya bisa di atas 10% per tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan IRR yang lebih menarik, perbankan swasta pasti mau ikut memberikan pinjaman untuk pendanaan proyek LRT Jabodebek. Luhut menyatakan, pemerintah ingin sindikasi perbankan untuk pembiayaan proyek LRT tidak hanya terdiri dari bank-bank BUMN saja, tapi juga ada bank swasta.

"Kita bisa membuat project IRR jadi double digit. Bank konsorsium jadinya tidak hanya dari pemerintah karena project IRR jadi bagus," kata Luhut saat ditemui di Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Senin (31/7/2017).

Efisiensi biaya pembangunan LRT Jabodebek itu misalnya dari pergantian teknologi sistem persinyalan, dari fixed block menjadi moving block.

Penggunaan moving block juga membuat kereta yang beroperasi bisa lebih banyak, artinya lebih banyak penumpang juga. Dengan begitu, pendapatan jadi lebih besar, biaya investasi bisa kembali lebih cepat.

"Tadi semua kita harmonisasi, misalnya dari fixed block jadi moving block, dampaknya penumpang bisa kita tambah sampai 467.000," ujar Luhut.

Penghematan juga diperoleh dengan memperpanjang jalur LRT, tidak hanya sampai Cibubur saja tapi sampai Bogor. Jalurnya juga dibuat tak semuanya elevated di atas, ada yang di atas tanah tanpa tiang-tiang penyangga.

"Sekarang kita putuskan, langsung buat studi Bogor ke Cibubur supaya sekaligus, cost jadi lebih rendah. (Jalur) Tidak semua elevated lagi karena cost-nya mahal, Rp 500 miliar per km, kalau di darat mungkin Rp 250 miliar per km. Sekarang cost-nya pasti lebih murah," kata Luhut.

Swasta pun dilibatkan dalam Transit Oriented Development (TOD). Pendapatan dari operasional LRT makin meningkat dari sini. "Apa yang dihitung sekarang, belum menghitung TOD, iklan, dan sebagainya. TOD Bogor-Cibubur langsung kita tawarkan ke swasta," cetusnya.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan IRR di proyek LRT Jabodebek ini akan dijadikan contoh untuk proyek-proyek serupa di Bandung, Surabaya, dan kota-kota lain.

Peningkatan IRR dan pelibatan swasta membuat beban negara berkurang, proyek LRT tak perlu terlalu mengandalkan dana dari APBN.

"Sekarang kami melihat ini untuk jadi show case kita, untuk dipakai di LRT Bandung, Surabaya, dan sebagainya. Tidak perlu pakai APBN terlalu banyak," pungkasnya. (mca/ang)

Hide Ads