Sri Mulyani setidaknya berdialog dengan dua debitur yang pertama Yuningsih sebagai pelaku usaha dan kedua adalah Waroh seorang petani singkong.
Sri Mulyani pertama melayangkan pertanyaan kepada Yuningsih, di mana komitmen Yuningsih dalam melunasi kewajiban kreditnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tergantung usaha," jawab Yuningsih.
Yuningsing merupakan ibu dengan 3 anak, dan sehari-harinya menjalankan usaha seperti warung sembako, jual sayur mayur, pulsa elektrik, dan menjual sate kikil, serta sudah menjadi anggota Koperasi Mitra Dhuafa (Komida) selama 10 tahun.
Sri Mulyani kembali memberikan pertanyaan, kali ini apa saja yang sudah di dapat setelah 10 tahun bergabung dengan Komida.
"Pertama pinjaman usaha kecil-kecilan kedua mikro bisnis, dan ketiga biaya pendidikan," jawab Yuningsih.
Yuningsih menyebutkan, pinjaman yang diajukan kali ini sebesar Rp 5 juta yang diangsur selama 50 minggu untuk memenuhi kebutuhan usahanya.
"Syaratnya mudah, cicilannya ringan," ungkap Yuningsih.
Sri Mulyani Blusukan. Foto: Hendra Kusuma |
Setelah Yuningsih, Sri Mulyani melakukan dialog dengan Waroh yang merupakan seorang petani singkong. Di ketahui, Waroh telah mengajukan pinjaman sebesar Rp 3 juta.
"Saya tanya siapa yang tadi dapat pinjaman Rp 3 juta, itu untuk apa saja?," kata Sri Mulyani.
"Untuk tani, singkong bu, untuk beli pupuk dan bayar pekerja karena mau panen, cicilannya Rp 125 ribu per minggu selama 50 minggu," kata Waroh.
Sri Mulyani kembali memastikan komitmen debitur terkait dengan pelunasannya. Waroh lantas menjawab dengan keyakinan tinggi bahwa dirinya bisa melunasi lantaran cicilannya diangsur setiap minggu dengan nilai yang cukup terjangkau.
"Bisa dilunasin, ringan dan enggak susah pinjamnya, selama ini memang cuma dari Komida," kata Waroh.
Sri Mulyani melayangkan pertanyaan terkait dengan 'bank emok' alias para rentenir. Apakah selama ini melakukan pinjaman ke bank emok. Namun, Waroh memastikan tidak pernah dan tidak mengetahui soal pinjaman dari rentenir.
Sedang asik berdialog, Sri Mulyani justru harus menerima curhatan Waroh terkait dengan harga sembako yang mulai naik, lalu tarif listrik, dan bensin. Waroh menganggap hal tersebut semakin sulit karena harga singkong yang dijualnya tengah mengalami penurunan.
"Kalau panen saya jualnya ke makelar, Rp 75 ribu per kati, sekarang petani lagi susah, sekarang harganya lagi murah jadi Rp 40 ribu per kati, ongkosnya terlalu jauh, bensin kan naik, listrik naik, garam naik, beras naik, kan rumahnya jauh ke pasar," keluh Waroh.
Menanggapi hal tersebut, Sri Mulyani memastikan bahwa harga bensin tidak naik. "Bensin enggak naik, beras kemarin turun sekarang bilangnya naik, di kampung naik, ibu rumahnya jauh, ibu enggak dapat PKH yah karena ibu termasuk yang punya usaha mikro," tukas Sri Mulyani. (mkj/mkj)












































Sri Mulyani Blusukan. Foto: Hendra Kusuma