Demikianlah hal yang disampaikan oleh pengusaha nasional Chairul Tanjung dalam paparannya pada acara Simposium Nasional di Balai Kartini, Jakarta, Senin (14/8/2017).
Pria yang akrab disapa CT ini mengungkapkan, saat ini Indonesia mengalami yang namanya bonus demografi. Bonus demografi adalah situasi di mana negara memiliki jumlah penduduk yang berpenghasilan (produktif) lebih banyak dibanding yang harus ditanggung. Hal ini akan membuat negara berhasil mengumpulkan uang lebih banyak dari yang dibelanjakan. Akibatnya selisih uangnya bisa untuk ditabung dan bisa dibelanjakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi Indonesia hanya punya bonus demografi sampai 2030, dan setelahnya akan masuk dalam era di mana penduduk yang dimiliki lebih banyak yang tua dibanding yang produktif (aging population). Membangun SDM yang berkualitas pun menjadi penting untuk dilakukan sedini mungkin.
"Belanja suatu negara pun akan lebih terkonsentrasi kepada masyarakat non produktif tadi. Hal ini membuat pembangunan sumber daya manusia menjadi kunci," kata CT.
Secara bersamaan, Indonesia juga akan mengalami perubahan generasi. Generasi Y atau yang dikenal dengan generasi milenial akan mendominasi pasar. Karakteristik gen Y yang berbeda dengan pendahulu-pendahulunya pun harus menjadi perhatian pemerintah sejak saat ini.
"Buat mereka, whatever they got, whatever day spent. Tapi mereka memang highly collaborated. Tapi juga cepat berubah, detik ini mereka bilang A, detik itu juga bisa bilang B. Dengan perubahan ini, bayangkan kualitas SDM kita enggak berubah, daya saing kita akan makin ketinggalan lagi," ungkap CT.
Hal yang lebih menantang lagi adalah masuknya ke era teknologi atau yang segala sesuatunya berhubungan dengan internet. Era ini akan mengalami perubahan luar biasa karena semuanya dikelola oleh komputer.
Menurut CT, hal ini perlu dipikirkan serius oleh masyarakat saat ini karena ada ancaman digantikannya peran manusia oleh komputer. Hal ini sendiri dipercaya akan terjadi menyusul perubahan-perubahan yang ada saat ini juga tak pernah dibayangkan di masa lalu.
"Ini masalah yang very serious. Karena dengan era ini, ada satu hal yang penting. Pemenang akan mengambil alih semuanya. The winner take it all. If you're not ready with this, kesenjangan akan makin melebar. Lalu akan semakin banyak pekerjaan yang hilang dan muncul pesaing baru yang tidak terduga," tutur dia.
"Satu hal yang penting, kita tidak akan menang dalam kompetisi kecuali kita mengubah kemampuan SDM. Karena untuk menang dalam kompetisi, kalau dulu, hanya perlu kita lebih produktif dan efisien dari orang lain. Kalau sekarang, untuk bisa menang dalam kompetisi itu adalah inovasi, kreatifitas dan enterpreneurship. Oleh karenanya kita perlu SDM yang unggul," pungkas CT. (eds/dna)