Lahan ini adalah sub optimal yaitu berupa rawa, pasang surut, lahan kering, dan tegalan.
"Masa depan kita ada di lahan sub optimal yang luasanya ada 3,2 juta hektar di Indonesia, baik basah, rawa, pasang surut, lahan kering, dan lahan tegalan. Ini yang jadi fokus kita," terang Dirjen Sarana dan Prasarana Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan), Dadih Permana, dalam diskusi 'Kinerja Kedaulatan Pangan' di Hotel Santika, Jakarta, Rabu (30/8/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lahan sub optimal paling potensial berada di 7 Provinsi yakni Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Pihaknya masih merancang anggaran dan rencana luasan lahan sub obtimal yang bisa dimanfaatkan.
"Lahan 3,2 juta hektar bertahap, habis dong anggaran kalau semua tahun depan. Anggaran masih dihitung. Bisa dua kali panen, kuncinya di sumber daya manusianya juga, kalau sudah siap, masyarakat belum mau dan mampu, ya tidak bisa. Nanti malah muncul berita cetak sawah tapi terbengkalai," tutur Dadih.
"Ada 7 provinsi yang punya karakter serupa. Kalsel ada lebaknya, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Riau, Jambi itu jadi perhatian kita. Kalau ada potensi cetak sawah yang ada sumber air, ada petani, untuk lahan kering kita dorong juga. Itu potensi yang ada kita optimalkan," imbuhnya.
Dia mencontohkan, saat ini Kementan sudah membuka lahan 1.200 hektar sebagai lahan sub optimal bisa panen padi dua kali dalam setahun.
"Fokus kami mulai di Sumsel, lahan lebak kita atur tata airnya dengan bangun kluster 1.200 hektar. Model di Ogan Ilir ini biasanya hanya buat tangkap ikan gabus sama ikan sepat. Kita coba buatkan polder dan mekanisasi dengan pompa yang dimodifikasi, sekarang sudah bisa dua kali panen," jelas Dadih. (/hns)