Konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,95% atau naik tipis jika dibandingkan dengan kuartal I-2017 yang sebesar 4,94%, mengindikasikan terdapat kejanggalan terkait daya beli masyarakat.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tumbuh melambat terbukti dari data penjualan sektor ritel yang merosot tajam dari tahun ke tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara untuk Januari-Juli 2017 (year to date/ytd) tumbuh 3,0% atau turun dibanding pertumbuhan Januari-Juli 2016 sebesar 9,5%," kata dia saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Rabu (13/9/2017).
Tren penurunan penjualan sektor ritel, kata Yongky, sudah terjadi sejak beberapa tahun belakangan ini, di mana penjualan sepanjang 2015 tumbuh 11,5%, di 2016 pertumbuhannya turun menjadi 7,7%.
Penurunan penjualan sektor ritel terjadi di kategori fast moving costumer goods (FCMG), seperti makanan dan minuman, produk perwatan rumah dan pribadi seperti sabun, kosmetik, pasta gigi, juga termasuk obat-obatan.
Menurut dia, anjloknya penjulan ritel per Juli lebih dikarenakan daya beli khususnya masyarakat bawah yang sudah tidak ada. Sedangkan daya beli kelas menengah ke atas tetap kuat hanya saja masih menahan bahkan mengalihkan belanjanya kepada saving atau tabungan.
"Karena kelas menengah bawah itu ada kenaikan biaya hidup yang berasal dari listrik, makanan, uang sekolah dan sebagainya," ungkap dia. (wdl/wdl)