Curhat Pedagang: Setahun Terakhir Permintaan dari Tanah Abang Turun

Curhat Pedagang: Setahun Terakhir Permintaan dari Tanah Abang Turun

Hans Henricus BS Aron - detikFinance
Rabu, 20 Sep 2017 14:07 WIB
Foto: Citra Fitri Mardiana/detikFinance
Jakarta - Abdul Wahid, pemasok sweater ke Pasar Tanah Abang, mengeluh permintaan turun. Biasanya, Abdul bisa memasok 5.000 potong sweater ke Tanah Abang dalam sebulan, tapi sekarang 1.000 potong saja enggak sampai.

Lantas, sejak kapan Abdul mengalami kelesuan permintaan dari Tanah Abang?

"Parah-parahnya itu dalam satu tahun terakhir sampai sekarang," ujar Abdul kepada detikFinance, Rabu (20/9/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi ini membuat Abdul harus kehilangan omzet ratusan juta rupiah. Biasanya dalam sebulan Abdul bisa meraup omzet Rp 300 juta sebulan, tapi setahun terakhir ia sulit meraup omzet sebesar itu.


"Omzet turun, dapat Rp 50 juta sebulan saja termasuk beruntung," kata Abdul.

Kini dia harus memangkas karyawan dari yang sebelumnya 15 orang menjadi 8 orang. Dari 8 orang itu, ada kalanya dia terpaksa memulangkan sebagian karena tak bisa membayar gaji mereka.

Selama ini Abdul mengandalkan uang hasil pembayaran pedagang Tanah Abang untuk memutar roda bisnisnya, termasuk membayar gaji karyawan. Cuma, pembayaran dari para pedagang Tanah Abang seret lantaran barang belum laku.

"Bon menumpuk. Mau tidak mau, permintaan enggak ada, saya mau bayar gaji karyawan bagaimana," tutur Abdul.

Dia berharap, pemerintah memperhatikan masalah lesunya daya beli ini, khususnya di Pasar Tanah Abang. Sehingga, rantai suplai dan permintaan di Pasar Tanah Abang bisa kembali normal seperti sebelumnya. (hns/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads