Namun demikian, sejumlah pengguna jalan tol mengaku agak kerepotan dengan aturan baru tersebut. Salah satunya seringnya alat sensor yang lambat membaca kartu, sehingga membuat pengemudi tertahan di depan portal.
"Sensornya dibagusin lagi. Kadang harus digesek-gesek ke mesinnya, harus ditempel dan digesek biar terbuka (portalnya), agak lemot (lambat) soalnya. Jadi kalau begitu malah jatuhnya lebih lama (dibandingkan tunai)," kata Waryono, salah seorang pengemudi taksi yang ditemui di Gerbang Tol Cibubur 2, Jakarta, Rabu (20/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau bagus kan sebenarnya tak perlu repot-repot tangannya dipanjangin ke luar dari kaca mobil. Didekatkan saja, enggak perlu nempel, sudah terbuka (portal). Kalau ini kan harus digesek-gesek," ujar Waryono.
Saeful, pengguna jalan tol lain mengaku juga masih kesulitan dengan sistem pembayaran yang baru. Dengan uang elektronik, menurutnya, transaksi bisa lebih cepat dibandingkan saat membayar ke petugas tol. Namun sebaliknya, pembayaran tol akan lebih lama jika mesin sensornya sulit membaca.
"Kalau sama petugas bayar tunai kan tergantung orangnya. Kadang ada yang cepat, sudah disiapkan uang kembalian, ada juga yang ogah-ogahan. Tapi kalau mesin kan tergantung cepat tidaknya dia baca kartu. Kadang jatuhnya lebih lama pakai uang elektronik karena lemot," tutur Saeful.
Sementara itu, Syamsudin, pengemudi truk justru mengaku agak kerepotan dengan jarak mesin tap yang sulit dijangkau. Ukuran truk yang besar membuat posisi kemudi lebih tinggi dari posisi mesin tap, sehingga mengharuskannya menjulurkan tangan lebih panjang untuk melakukan tapping.
"Ini harus panjang tangannya, agak sulit sih karena ketinggian posisi saya. Saya kan pakai truk Fuso, jadi menjangkaunya (mesin sensor) harus dipanjangin tangannya," ucap Syamsudin. (idr/dna)