"Jadi Adhi Karya bangun track sendiri, Jakpro juga bangun sendiri, karena lahannya cukup. Jadi masing-masing bisa dikasih. Karena masing-masing punya target untuk mencapai waktu tempuhnya," kata Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta (BPTJ) Bambang Prihartono ditemui di Kemenko Maritim, Jakarta, Senin (25/9/2017).
Sebelumnya, diketahui bahwa skema sinkronisasi trase LRT Jakarta dan LRT Jabodebek yang saling bersilangan di Dukuh Atas belum bisa tentukan lantaran lahan yang cukup sempit di Dukuh Atas. Namun ternyata, ketika dicek di lapangan, kedua proyek tersebut bisa membangun jalurnya masing-masing tanpa perlu ada sinkronisasi waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diakui oleh Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, penetapan jalan keluar untuk masalah persilangan rute dua LRT tersebut sudah ramoung. Rampungnya proses penentuan trase ini membuat pihaknya yakin target financial closing proyek ini dapat dikebut tahun ini. Rencananya pada bulan November mendatang, pencairan dana dari pihak perbankan sudah bisa dilakukan.
"Kita sudah sepakat mengenai masalah-masalah detailnya sudah selesai. Trasenya sudah ketemu antara Jakpro dengan LRT. Kemudian kita sudah sepakat juga segera studi mengenai Cibubur ke Bogor, terus kita juga mau financial close segera. Kita mau disbursement-nya terjadi waktu-waktu ke depan ini," ungkapnya.
Porsi pinjaman perbankan untuk pendanaan proyek ini ditenggarai mencapai Rp 19 triliun. Sejauh ini ada 5 bank yang akan mendanai pembiayaan proyek LRT Jabodebek, yakni Bank Mandiri, BNI, BRI, CIMB Niaga dan BCA. Lembaga-lembaga pembiayaan tersebut akan mengisi porsi pembiayaan pinjaman yang kini menjadi 70% bagian dari investor atau perbankan.
"Bank itu ada BCA, Mandiri, BNI, BRI, CIMB Niaga. Total angkanya sekitar Rp 19 triliun. Kita sekarang push terus progres di lapangan. Makanya pertemuannya ini terus-terusan marathon, dengan KAI, Jakpro, Adhi dan SMI," tukas Luhut. (eds/dna)