Saat ini pasokan gabah dari panen petani relatif besar, sehingga harga beras di pasar bisa terkendali sesuai HET. Namun bagaimana saat terjadi kekurangan pasokan beras seperti saat kemarau, apakah pedagang masih bisa memakai HET? Apakah pedagang harus menaikkan harga beras?
"Enggak mungkin pedagang akan menaikkan, kan akan jadi masalah dia kalau menaikkan harga. Siapa yang berani yang berani nanti berakibat pelaku bisnis akan dapat tindakan dari pemerintah," ujar Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Aliemoeso kepada detikFinance, Senin (25/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena sudah ada HET, tapi pemerintah mestinya akan melihat pasokan berkurang, terus dia akan mendiamkan, enggak mungkin kan? Itu (impor) terserah pemerintah, yang jelas pemerintah harus isi kekurangan pasokan," kata Sutarto.
"Misalnya pasokan turun untuk barometernya Cipinang, itu pasokan setiap hari (masuk) 3.000 ton, kemudian turun drastis tinggal 1.000 ton misalnya, begitu kejadian seperti itu justru yang kekurangan di pasar, karena siapa (pedagang) yang mau menaikkan (harga) ada HET? Jadi kekurangan itu disi pemerintah dari cadangannya," kata Sutarto.
Dia menambahkan, dalam situasi musim paceklik, kekurangan pasokan gabah petani akan membuat penggilingan padi mengurangi produksinya, di sisi lain penggilingan maupun pedagang beras tak bisa menaikkan harga sesuai HET.
"Karena pasokan (gabah) kurang, yang memasok jadi berkurang kegiatannya, kalau memaksakan diri barangnya tidak ada. Padahal kalau ada yang berani menaikan, berarti dia menyalahi aturan (HET)," tutur mantan Dirut Bulog itu.
Respons pedagang
Sementara itu Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid, mengatakan saat ini harga beras premium masih bisa dijual di bawah HET. Namun untuk beras medium saat ini pasokannya tengah seret sehingga pedagang sulit menjual dengan harga acuan.
"Kalau sekarang premium masih harganya Rp 10.000- Rp 11.000/kg, masih banyak ruang kita jual untuk sampai ke pedagang eceran sesuai HET Rp 12.450/kg. Tapi kalau yang medium ini lagi mahal sekarang. Sekarang harganya medium saja sudah Rp 9.300-9.400/kg. Bagaimana kita suruh jualnya Rp 9.450/kg. Kekurangan pasokan ini yang harus dipenuhi pemerintah, bisa lewat Bulog suruh jual misalnya beras medium yang harganya Rp 8.500/kg," ungkap Zulkifli.
Dia menuturkan, ada banyak kemungkinan stok beras menyusut karena masalah panen yang berkurang beberapa bulan ke depan.
"Kalau stoknya sedikit, kemudian suruh jual sesuai HET ya sulit. Januari ada kemungkinan pasokan ke Cipinang berkurang, kita pedagang mau tidak sudah harus ikut HET, tapi kalau harganya sudah tinggi, kita enggak bisa jual," tutur Zulkifli.
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan HET untuk beras dengan pembagian 3 kategori yakni beras premium dengan harga jual paling mahal di daerah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan paling mahal medium Rp 9.450/kg, dan premium Rp 12.800/kg.
Sementara untuk daerah lainnya yang bukan penghasil beras utama antara lain Sumatera non Sumsel yakni medium Rp 9.950/kg, premium Rp 13.300/kg, Bali dan NTB medium Rp 9.450/kg, Rp premium Rp 12.800/kg, NTT medium Rp 9.950/kg dan premium Rp 13.300/kg.
Kemudian Sulawesi non Sulsel medium Rp 9.450/kg dan premium Rp 12.800/kg, Kalimantan medium Rp 9.950/kg dan premium Rp 13.300/kg, serta Maluku dan Papua medium Rp 10.250/kg dan premium Rp 13.600/kg.











































