Enggar, sapaan akrabnya, mengatakan pihaknya sempat alot berdebat dengan pedagang sebelum menetapkan harga eceran tertinggi (HET), sebelum kemudian mereka sepakat menerapkannya.
"Pembicaraan enggak begitu mudah, saya tahu, karena mereka pedagang, harus cari untung maksimal, itu karakternya. Tapi manakala nasionalisme, saya katakan merah putih, untuk rakyat saya korbankan keuntungan. Saya ikuti pemerintah," ungkap Enggar, sapaan akrabnya, di saat operasi pasar di PIBC, Selasa (10/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya jamin enggak ada kebijakan satu pun dari pemerintah membuat pedagang rugi. Pak Presiden minta libatkan pengusaha, supaya pengeluaran ibu rumah tangga terukur, turunkan harga yang wajar," ucapnya.
Dalam operasi pasar itu, harga tertinggi beras yang dijual Rp 8.100/kg atau beras kualitas medium. Operasi pasar tersebut dilakukan menyusul langkanya pasokan beras medium di pasaran, terutama pasca pemberlakuan HET.
"Operasi pasar beras yang dilakukan ini untuk isi kebutuhan dari beras medium yang sebenarnya ada, kalau digelontorkan maka keluarlah dia dari lubang jarum. Dari semua lubang gudang akan keluar," tandas Enggar.
Dia menuturkan, sikap koorperatif pedagang menjalankan aturan pemerintah ini sekaligus menepis anggapan Pasar Induk Beras Cipinang sebagai sarangnya beberapa mafia beras.
"Sebagian dulu orang melihatnya Cipinang itu mafia beras, orang melihat dengan nyinyir, dengan curiga, saya nyatakan itu enggak benar. Saya bisa buktikan," ucap Enggar. (idr/hns)











































