Demikian diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Erwin Taufan, di Jakarta, Jumat (13/10/2017).
Erwin mengatakan, pelemahan rupiah belum banyak terasa pada importir lantaran daya beli masyarakat yang dinilai melemah. Sehingga, para importir tak terlalu agresif mengambil barang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirinya juga mengatakan, bahwa para importir telah mengantisipasi adanya pelemahan rupiah. Sehingga, kata Erwin, importir tak terlalu menghawatirkan masalah tersebut.
"Walaupun untuk industri yang bahan bakunya impor berpengaruh, tapi mereka sudah bikin planning, dolar berapa, selama belum masuk itu belum terasa," terangnya.
Lebih lanjut Erwin menjelaskan, antisipasi importir terhadap pelemahan rupiah terhadap dolar AS di bawah Rp 14.000.
"Kalaupun Rp 14.000 yang penting stabil, kalau sekarang Rp 13.400 lalu naik nanti Rp 13.000, lalu Rp 13.800 itu cukup berbahaya. Kalau sampai level Rp 14.000 itu level terlalu bahaya," tutupnya. (dna/dna)