Hal serupa ternyata sudah diterapkan di berbagai negara di dunia. Bentuknya beragam, dari mulai menggunakan kartu hingga menggunakan pemancar seperti RFID (radio frequency identification).
Salah satunya seperti bisa dijumpai di Taiwan. Dalam perjalanan di Taipei, ibu kota Taiwan, detikFinance sempat menjajal bagaimana negara ini mengatur transaksi di gerbang tol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebuah stiker kecil mirip plester luka tertempel di kaca depan hampir di setiap kendaraan roda empat di Taiwan. Tentu bukan tanpa alasan ditempel di kaca depan kendaraan, karena stiker itulah yang menjadi alat pembayaran jalan tol.
Stiker kecil ini bekerja dengan memancarkan frekuensi radio yang akan ditangkap semacam sensor yang terpasang di masing-masing gerbang tol. Tapi jangan salah, gerbang tol di negara ini tak seperti Indonesia yang berbentuk gardu-gardu, melainkan hanya berupa palang yang melintas di atas jalan dengan cahaya berwarna ungu yang akan membaca sinyal RFID dari setiap kendaraan yang melintas.
"Di sini (Taiwan) gerbang tol dianggap bikin macet. Makanya empat tahun lalu dibongkar seluruhnya. Kemudian diganti dengan sensor. Jadi mobil tinggal lewat saja. Bayarnya sudah langsung baca stikernya. Otomatis langsung bayar," ujar Maskun, warga Indonesia yang sudah 13 tahun tinggal Taiwan yang ditemui detikFinance, Sabtu (28/10/2017).
![]() |
Seperti uang elektronik di Indonesia, saldo stiker bernama e-Tag perlu diisi dan akan terpotong otomatis setiap kali kendaraan melintas di jalan tol.
Bagaimana bila saldo habis? Sistem akan mencatat setiap transaksi yang terjadi. "Tagihannya akan datang ke rumah setiap bulan," jelas Maskun.
Bila tagihan tersebut tak dibayarkan, maka akumulasi tagihannya akan harus dibayar pada saat mengurus pajak kendaraan setiap tahunnya.
![]() |
"Kalau enggak dibayar, mereka enggak bisa urus pajak kendaraan. Jadi tagihannya harus dilunasi dulu," sambung Maskun.
Untuk mendapatkan stiker e-Tag bisa dilakukan melalui gerai-gerai selular. Begitu pula untuk isi ulangnya. (dna/hns)