"Sejauh ini belum ada laporan tentang tutupnya toko ritel seperti di Jakarta, di luar dari tutupnya 7-Eleven dan Lotus. Dua perusahaan itu sudah tutup di Jawa Barat, Matahari masih belum tutup di Jawa Barat," katanya usai menjadi narasumber di acara 'Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jawa Barat' di kantor BI Cirebon, Selasa (31/10/2017).
Menurut Wiwiek, tutupnya sejumlah perusahaan retail itu karena aktivitas jual beli masyarakat beralih ke online. Wiwiek menilai mayoritas dari kalangan kaum muda yang aktif melakukan jual beli melalui online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gaya hidup sekarang mulai bergeser. Apalagi kalangan pemuda, yang dulu aktif main di mal sekarang beralih ke online," katanya.
Selain disebabkan oleh aktivitas jual beli online, tutupnya perusahaan ritel itu dikarenakan adanya perubahan gaya hidup masyarakat saat berwisata. Hasil dari penelitiannya, saat ini para 'Big Bos' dan eksekutif muda mayoritas memilih berlibur ke tempat wisata yang bersinggungan dengan alam langsung.
"Penelitian yang kita lakukan menyimpulkan kalau eksekutif muda itu lebih mementingkan leisure, berpariwisata dibandingkan ke departement store. Simple, hanya bawa dua pakaian. Buktinya, jumlah wisatawan domestik mengalami kenaikkan," papar Wiwiek.
Ia tak menampik, saat ini daya beli masyarakat mengalami penurunan. Pasalnya, kondisi ekonomi Indonesia, sambung dia, tengah mengalami keterpurukan.
Pihaknya menggelontorkan sejumlah program yang membantu untuk stabilkan ekonomi Indonesia. BI juga sudah menurunkan suku bungan bertahap dari sebelumnya 6,75% hingga kini menjadi 4,25%.
"Kita inginkan transmisinya itu ke perbankan, tepatnya ke suku bunga, baik itu kridit maupun dana. Kemudian kita salurkan ke perusahaan yang ingin melakukan pinjaman aga bisa memulai produksinya lagi," ucap Wiwiek. (hns/hns)