"Rencana kami ada yang menarik sekarang. Kita menggarap swamp land, lahan pasang surut seperti yang terjadi di Sumatera Selatan dan Kalimantan," kata Amran di Kementerian Pertanian, Senin (6/11/2017).
Ia menjelaskan bahwa lahan tersebut dulunya hanya tempat berumput yang banjir tapi setelah digarap justru menjadi lahan yang lebih produktif. Kementan sendiri rencananya akan menggarap sekitar 500 ribu hektar untuk dioptimalisasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di sana ada kurang lebih 500 ribu hektar. Kalau kita garap dan optimalisasikan lahan pasang surut ini, lebak ini katakanlah produksi 6 ton atau 8 ton," sambung Amran.
Selain itu, ia juga menargetkan tanam lahan sebanyak 3 kali dalam setahun. Padahal biasanya lahan hanya bisa ditanam sebanyak 1 kali dalam setahun.
"Kalau ini kita siapkan embung seperti program bersama Menteri Desa kita siapkan air ini bisa naik menjadi 2 kali tanam per tahunnya yang biasanya 1 kali. Bahkan kita menargetkan 3 kali. Itu luar biasa kan?" Katanya.
Amran mengatakan bahwa program tersebut merupakan program yang sangat bagus. Pasalnya program ini hanya mengeluarkan yang sedikit namun menghasilkan untung yang besar.
"Anggaran sudah kami revisi jadi 551 ribu kita optimalkan biaya murah dan hasilnya besar," tutupnya.
Sementara itu, dalam acara yang sama Ketua Badan Pemeriksa Keuangan, Rizal Djalil melaporkan dua hasil audit pemeriksaan, sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil audit dengan tujuan tertentu oleh BPK, program kerjasama antara Kementan dengan TNI AD sudah sesuai dan sejalan dengan peraturan presiden nomor 54 khususnya tentang pengawasan barang dan jasa.
2. Sejak tahun 2015 dengan bantuanTNI AD, sebenarnya merupakan terobosan yang biasanys tidak begitu lancar justru program cetak sawah semakin nyata dan kongkret. Capaian hektar sampai dengan triwulan II 2017 sebanyak 150.959 hektar dari seluruh wilayah yang diprogramkan dengan alokasi dana yang sudah digunakan Rp 2,6 triliun dari total Rp 4,1 triliun. (hns/hns)











































