Menurut Pangeran Mohammed bin Salman, yang baru saja ditunjuk menjadi ketua 'KPK Arab Saudi', penangkapan ini terkait upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan Kerajaan Arab.
Namun menurut beberapa analis dan ekonom, langkah Mohammed ini dinilai sebagai penyalahgunaan kekuasaan dalam upaya konsolidasi sebelum ia naik takhta. Mohammed seolah-olah menyingkirkan calon-calon potensial yang bisa menjatuhkan dirinya saat naik takhta nanti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi upaya Mohammed dalam memberantas korupsi atau memberangus lawan politiknya ini masih bisa terjadi lagi di kemudian hari.
"Sudah tidak mungkin kalau bisnis akan berjalan seperti biasa saja setelah ada penangkapan para pangeran dan petinggi negara itu," kata Konsultan FACTS Global Energy, Fereidun Fesharaki, seperti dikutip CNBC, Senin (6/11/2017).
Menurutnya, investor akan menuntut imbal hasil alias keuntungan yang lebih tinggi atas investasinya di Saudi. Sebab, risiko investasinya juga pasti naik tajam.
"Risiko investasi di Saudi sudah pasti naik," kata Analis Alavan Business Advisory, Alastair Newton.
Beberapa instrumen yang akan terimbas penangkapan ini adalah surat utang pemerintah dan peringkat utang Arab Saudi.
Selain itu, rencana rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham Saudi Aramco tahun depan juga diperkirakan terimbas masalah ini.
IPO Aramco diprediksi akan menjadi penawaran saham publik yang terbesar dalam sejarah. Targetnya menghasilkan kapitalisasi pasar hingga US$ 100 miliar.