Ritel Berguguran, Warning Buat Pemerintah

Ritel Berguguran, Warning Buat Pemerintah

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 09 Nov 2017 12:22 WIB
Foto: Danang Sugito
Jakarta - Beberapa perusahaan ritel tengah melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah outlet, seperti Matahari dan GAP. Selain itu ada pula merek ritel yang ditutup seperti Lotus, Debenhams dan 7-Eleven (Sevel).

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton J Supit buka tutupnya perusahaan dalam dunia bisnis merupakan hal yang biasa. Itu menjadi strategi perusahaan masing-masing dalam melakukan efisiensi.

Namun jika sudah banyak toko ritel yang tutup menjadi sinyal bahwa memang daya beli masyarakat sedang terganggu. Salah satu faktor menurunnya daya beli adalah tingkat pengangguran, meskipun saat ini belum ada angka pasti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita setiap tahun ada 2 jutaan pencari kerja itu masuk bursa pencari kerja. Belum sesuai data BPS ada 7 jutaan orang yang pengangguran terbuka," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Kamis (9/11/2017).


Seharusnya, kata Tutum, pemerintah mencari data berapa banyak pengangguran yang muncul akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan berapa banyak terserap. Dengan begitu terlihat seberapa besarnya tingkat pengangguran yang mempengaruhi daya beli.

"Kalau balance sheet-nya positif tidak masalah, kalau negatif itu yang masalah. Saya enggak punya data. Tapi menurut saya dalam balance sheet tenaga kerja tidak sebagus yang kita harapkan dan pasti orang tidak bekerja pasti mempengaruhi daya beli," tambahnya.


Oleh karena itu, tumbangnya industri ritel menjadi peringatan keras bagi pemerintah agar mencari cara menambah lapangan pekerjaan. Satu-satunya cara dengan memperbaiki iklim investasi.

"Yang pasti menurut saya employment ini betul-betul harus digalakkan. Penciptaan lapangan kerja itu yang paling penting," tegasnya. (mkj/mkj)

Hide Ads