Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton J Supit buka tutupnya perusahaan dalam dunia bisnis merupakan hal yang biasa. Itu menjadi strategi perusahaan masing-masing dalam melakukan efisiensi.
Namun jika sudah banyak toko ritel yang tutup menjadi sinyal bahwa memang daya beli masyarakat sedang terganggu. Salah satu faktor menurunnya daya beli adalah tingkat pengangguran, meskipun saat ini belum ada angka pasti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seharusnya, kata Tutum, pemerintah mencari data berapa banyak pengangguran yang muncul akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan berapa banyak terserap. Dengan begitu terlihat seberapa besarnya tingkat pengangguran yang mempengaruhi daya beli.
"Kalau balance sheet-nya positif tidak masalah, kalau negatif itu yang masalah. Saya enggak punya data. Tapi menurut saya dalam balance sheet tenaga kerja tidak sebagus yang kita harapkan dan pasti orang tidak bekerja pasti mempengaruhi daya beli," tambahnya.
Baca juga: Toko GAP di Pondok Indah Tutup |
Oleh karena itu, tumbangnya industri ritel menjadi peringatan keras bagi pemerintah agar mencari cara menambah lapangan pekerjaan. Satu-satunya cara dengan memperbaiki iklim investasi.
"Yang pasti menurut saya employment ini betul-betul harus digalakkan. Penciptaan lapangan kerja itu yang paling penting," tegasnya. (mkj/mkj)