Benar Enggak Sih Daya Beli Orang RI Turun? Ini Kata BPS

Benar Enggak Sih Daya Beli Orang RI Turun? Ini Kata BPS

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 09 Des 2017 16:15 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Bogor - Daya beli masyarakat beberapa waktu terakhir disebut mengalami penurunan. Khususnya segmen kelas menengah ke bawah.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan daya beli itu berbeda dengan konsumsi. Dia menjelaskan konsumsi rumah tangga memang agak melambat pada kuartal III tahun ini.

Dia menjelaskan melambatnya konsumsi bukan berarti terjadi perlambatan pada daya beli. Menurut dia, penurunan konsumsi adalah kondisi di mana masyarakat ingin membeli namun ditahan karena melihat situasi dan kondisi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Daya beli itu beda dengan konsumsi ya, untuk konsumsi rumah tangga akan ada perlambatan kuartal III," kata Sri dalam Workshop Statistik di Hotel Lorin Sentul, Bogor, Sabtu (9/12/2017).

Menurutnya daya beli masyarakat memang turun untuk golongan tertentu khususnya kelas bawah. Sementara untuk golongan atas cenderung menahan spending dan adanya pergeseran pola belanja.

"Ini bukan pembelaan soal daya beli ya. Kalau daya beli itu seperti ini, masyarakat harus konsumsi, tapi tidak mampu untuk membeli. Nah ini terjadi pada masyarakat bawah, tidak terasa di golongan atas, terang Sri.


Dia menjelaskan pergeseran pola belanja offline ke online sebenarnya sangat kecil terhadap kontribusi perekonomian.

"Jika dilihat share belanja online ke industri rumah tangga masih sangat sedikit ya 0,89%, banyak yang bilang mal sepi, gerai yang jualan elektronik sepi, memang ada pergeseran," ujarnya.

Selain pola belanja, pola konsumsi gaya hidup juga bergeser. Misalnya saat ini masyarakat lebih senang berlibur atau berekreasi dan makan di restoran. Hal ini tercermin dari tempat-tempat wisata yang semakin ramai pada akhir pekan.

Banyaknya masyarakat yang senang rekreasi harus dimanfaatkan momentumnya oleh pemerintah.

"Yang perlu digenjot dari momentum ini adalah rekreasi nasional harus ditingkatkan agar masyarakat tidak berlibur ke luar negeri tetapi di dalam negeri saja," terang Sri.

Seperti peningkatan kualitas tempat wisata seperti pengadaan kerja sama perjalanan antara biro pariwisata dan armada pesawat. Hal ini disebut bisa mendorong konsumsi masyarakat di dalam negeri.

"Jadi memang harus memfasilitasi masyarakat yang gemar berlibur," tutur Sri. (hns/hns)

Hide Ads