Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, pada Desember 2017 sempat ada tekanan sehingga angka inflasi lebih tinggi dari survei yang dilakukan BI di kisaran 0,6%.
"Kalau kita lihat inflasi 0,71% ada faktor volatile food, memang Desember ada tekanan sehingga itu lebih tinggi dari survei di minggu ketiga di kisaran 0,6%, tapi secara mtm selama 3 tahun terakhir volatile food terjaga rendah dan masih sesuai target," kata Agus di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (3/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inflasi IHK pada Desember 2017 meningkat dibandingkan bulan lalu (0,20%, mtm) sesuai dengan pola musimannya. Inflasi Desember 2017 lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi Desember tiga tahun terakhir sebesar 1,28% (mtm).
Berdasarkan komponen, meningkatnya inflasi bulan ini terutama dipengaruhi oleh inflasi kelompok volatile food dan kelompok administered prices di tengah rendahnya inflasi inti.
Inflasi inti tercatat sebesar 0,13% (mtm), sama dengan bulan lalu. Perkembangan tersebut sejalan dengan terjangkarnya ekspektasi inflasi, masih rendahnya permintaan domestik, nilai tukar yang stabil dan rendahnya harga global.
Kelompok volatile food tercatat inflasi sebesar 2,46% (mtm), meningkat dibandingkan bulan lalu sebesar 0,38% (mtm).
Inflasi terutama bersumber dari komoditas beras, ikan segar, telur dan daging ayam ras, cabai merah, tomat dan cabai rawit. Kelompok administered prices mengalami inflasi sebesar 0,91% (mtm) meningkat dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 0,21% (mtm).
Perkembangan tersebut terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara, tarif kereta api, dan angkutan antar kota sejalan dengan musim liburan dan penyesuaian bensin non subsidi. Selain itu, tekanan inflasi administered prices juga didorong oleh kenaikan tarif aneka rokok. (zlf/zlf)