Utang Menumpuk, Mantan Orang Terkaya China Mulai Jual Aset

Utang Menumpuk, Mantan Orang Terkaya China Mulai Jual Aset

Mochammad Prima Fauzi - detikFinance
Kamis, 25 Jan 2018 11:01 WIB
Foto: Reuters
Jakarta - Wang Jialin adalah orang terkaya di China pada 2015 lalu. Mantan orang terkaya di Negeri Tirai Bambu itu kini harus membereskan utang yang menumpuk.

Wang mendapatkan tekanan dari pemerintah China dan dihadapkan pada tagihan utang yang menumpuk saat melakukan ekspansi bisnisnya ke luar negeri.

Kabar runtuhnya kekayaan Wang diketahui ketika salah satu unit bisnisnya, Dalian Wanda Group, yang bergerak di bidang real estate akan menjual beberapa proyeknya di Australia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip CNN Money, Kamis (25/1/2018), Wang diketahui tengah berupaya melepaskan beberapa sebagian bisnis propertinya di seluruh dunia.

Pekan lalu, Wanda Group diketahui telah menjual sahamnya di proyek hotel mewah di kota London, One Nine Elms senilai US$ 50 juta. Perusahaan tersebut dilaporkan telah keluar dari Nine Elms Square tahun lalu yang merupakan pengembangan terbesar di mana hotel tersebut berada.

Tak hanya itu, penjualan saham Wanda Hotel Development Company juga telah dihentikan di Hong Kong pada pekan kemarin. Sahamnya masih tertahan sambil menunggu rincian kesepakatan lanjutan.

Rangkaian penjualan tersebut menyusul sebuah tindakan keras oleh pemerintah China mengenai investasi agresif disertai hutang di luar negeri oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Wanda.

Pada Agustus lalu pemerintah setempat mengumumkan bahwa mereka membatasi investasi luar negeri perusahaan China, khususnya sektor perhotelan, real estate, hiburan dan olahraga.


Sementara Wanda, perusahaan milik Wang, tak hanya memiliki proyek megah di Los Angeles, Chicago dan Istanbul, melainkan pula berinvestasi pada sektor hiburan seperti pada Legendary Entertainment dan klub sepakbola asal Spanyol, Atletico Madrid.

Para pakar mengatakan pemerintah China sedang berusaha untuk mengatasi kekhawatiran banjir uang yang mengalir keluar negara yang dapat mengganggu kestabilan sistem keuangannya.

Pemerintah setempat juga ingin mengurangi risiko perusahaan China dalam melakukan investasi yang tidak masuk akal atau berisiko di luar negeri.

(ang/ang)

Hide Ads