Kursi lusuh yang berwana oren itu ternyata sebelumnya dimiliki oleh Sunardi, seorang pengusaha sewa kursi untuk pernikahan di Crabak, Gambiranom, Kismantoro, Wonogiri, Jawa Tengah.
Sunardi bercerita, awalnya dia mendirikan usaha penyewaan kursi pada 1995. Dia mendapatkan kursi tersebut dari pengusaha mebel asal Ponorogo yang bernama Abdullah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang kini berusia 61 tahun ini, membeli kursi tersebut seharga Rp 11.000 per unit. Namun, seiring perkembangan zaman, kursinya itu tak lagi diminati.
"Akhirnya saya ganti kursi yang disewakan jadi kursi plastik yang dibungkus kain," tambahnya.
Kemudian, Sunardi mulai menjual kursinya itu ke desa-desa di sekitarnya, sampai tersisa sekitar 500 unit.
Sampai akhirnya, pada 2015 Sunardi bertemu dengan kolektor asal Bali yang bernama Misni yang berani memborong semua kursinya itu. Namun dia hanya melepas 490 unit di harga Rp 35.000 per pcs.
"10 biji untuk kenang-kenangan. Saya kan dapat rezeki kan juga dari kursi itu," akunya.
Nah kolektor itulah yang kemudian menjualnya sampai ke Korea. Sunardi sendiri tak menyangka kursinya dipakai untuk pemotretan di Korea dan menjadi terkenal
"Saya bangga, keluarga juga bangga," ucap Sunardi. (zlf/zlf)