Lalu bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia?
Peneliti dari Institute for Development Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, terdapat plus minus terkait dengan adanya otomatisasi alias penggunaan robot menggantikan tenaga kerja manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menjelang 2030 dimana usia produktif berada dalam jumlah yang besar atau bonus demografi jangan sampai justru terjadi pengangguran massal karena otomatisasi," kata Bhima saat dihubungi detikFinace, Jakarta, Jumat (2/2/2018).
Terhambatnya penyerapan tenaga kerja jelas bakal memberikan dampak negatif bagi perekonomian tanah air. Mengingat, pertumbuhan ekonomi satu negara termasuk Indonesia, sangat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi masyarakat. Bila sulit mendapat pekerjaan, tentu pemasukan masyarakat sebagai sumber belanja juga terhambat dan ujung-ujungnya menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
"56% PDB disumbang oleh konsumsi rumah tangga, kalau penyerapan tenaga kerja rendah imbasnya pendapatan masyarakat untuk konsumsi bisa turun," kata dia.
Oleh karena itu, kata Bhima pemerintah perlu cepat merespons perkembangan teknologi dengan meningkatkan kualitas pendidikan agar bisa memenuhi kebutuhan industri yang semakin maju.
"Artinya harus ada link and match antara kebutuhan dunia kerja dengan lulusan perguruan tinggi, di negara lain bahkan pasar tenaga kerja digital seperti di Singapura dan Inggris bisa membantu mahasiswa semester 1 untuk mempersiapkan keahlian spesifik yang dibutuhkan perusahaan, ketika lulus bisa langsung terserap," tutup dia. (dna/dna)











































