Robot Bisa Gantikan Manusia, Bagaimana Dampak ke Ekonomi RI?

Robot Bisa Gantikan Manusia, Bagaimana Dampak ke Ekonomi RI?

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 02 Feb 2018 15:57 WIB
Foto: Hasan Al Habshy
Jakarta - Perkembangan teknologi yang pesat sudah mengubah pola industri besar maupun padat karya seperti peternakan hingga pertanian. Mesin dan komputer hasil pengembangan teknologi mendorong perubahan peran manusia di masing-masing sektor industri dengan robot.


Lalu bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indonesia?

Peneliti dari Institute for Development Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, terdapat plus minus terkait dengan adanya otomatisasi alias penggunaan robot menggantikan tenaga kerja manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia bilang, satu sisi otomatisasi ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi lantaran robot dianggap memberikan efisiensi terhadap produktifitas industri. Di sisi lain, kondisi ini menyimpan risiko terhambatnya penyerapan tenaga kerja mengingat banyak pekerjaan manusia yang bisa digantikan oleh mesin atau robot.

"Menjelang 2030 dimana usia produktif berada dalam jumlah yang besar atau bonus demografi jangan sampai justru terjadi pengangguran massal karena otomatisasi," kata Bhima saat dihubungi detikFinace, Jakarta, Jumat (2/2/2018).


Terhambatnya penyerapan tenaga kerja jelas bakal memberikan dampak negatif bagi perekonomian tanah air. Mengingat, pertumbuhan ekonomi satu negara termasuk Indonesia, sangat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi masyarakat. Bila sulit mendapat pekerjaan, tentu pemasukan masyarakat sebagai sumber belanja juga terhambat dan ujung-ujungnya menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

"56% PDB disumbang oleh konsumsi rumah tangga, kalau penyerapan tenaga kerja rendah imbasnya pendapatan masyarakat untuk konsumsi bisa turun," kata dia.

Oleh karena itu, kata Bhima pemerintah perlu cepat merespons perkembangan teknologi dengan meningkatkan kualitas pendidikan agar bisa memenuhi kebutuhan industri yang semakin maju.

"Artinya harus ada link and match antara kebutuhan dunia kerja dengan lulusan perguruan tinggi, di negara lain bahkan pasar tenaga kerja digital seperti di Singapura dan Inggris bisa membantu mahasiswa semester 1 untuk mempersiapkan keahlian spesifik yang dibutuhkan perusahaan, ketika lulus bisa langsung terserap," tutup dia. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads