Sayangnya, realisasi investasi tersebut tak dibarengi dengan penciptaan lapangan kerja baru. Masyarakat pun masih sulit memperoleh pekerjaan.
Peneliti dari Institute for Development Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, rendahnya penyerapan tenaga kerja di 2017 bukan karena otomatisasi atau robotisasi di sektor industri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebutkan, realisasi investasi yang tumbuh 13,1% sepanjang 2017 lebih banyak masuk ke sektor jasa dibanding investasi robot atau mesin ke sektor manufaktur. Hal ini juga diperkuat oleh porsi PMDN ke sektor jasa naik signifikan dari 37,8$ di 2016 menjadi 45,6% di 2017.
"Sementara investasi PMA di sektor jasa porsinya bahkan meloncat dari 26,8% ke 40,3% dari total investasi. Jadi bisa disimpulkan otomatisasi bukan sebagai penyebab utama turunnya penyerapan tenaga kerja sepanjang 2017," tambah dia.
Diketahui, dalam data BKPM itu tercatat, realisasi serapan tenaga kerja sepanjang tahun 2017 adalah sebesar 1.176.353 orang.
Angka tersebut lebih rendah 18,36% atau turun 216.043 dibanding realisasi penyerapan tenaga kerja sepanjang tahun 2016 yang mencapai 1.392.396.
Realisasi lapangan kerja baru di tahun 2017 juga lebih rendah dara realisasi penciptaan lapangan kerja sepanjang tahun 2015 yang sebanyak 1.435.716 dan tahun 2014 yang mencapai 1.430.865. (dna/dna)











































