Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suharyanto mencatat tiga subsektor utama tersebut ialah kuliner, fashion, dan kriya. Pada 2016, subsektor kuliner menjadi menyumbang terbesar dalam PDB ekonomi kreatif yakni sebesar 41,40% atau sekitar Rp 382 triliun.
Kemudian untuk subsektor fashion tercatat menyumbang sebesar 18,01% atau sebesar Rp 166 triliun, dan disusul subsektor kriya sebesar 15,4% atau sebesar Rp 142 triliun di 2016 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada sekitar 8,2 juta jumlah usaha ekonomi kreatif, 20%-nya itu merupakan startup. Startup yang dimulai pada tahun 2014, digerakkan oleh generasi milenial. Itulah lahan yang ke depannya akan semakin potensial dan besar kontribusinya," kata Kecuk dalam acara peluncuran buku statistik ekonomi kreatif, di Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Oleh sebab itu, Kecuk mengatakan bahwa pemerintah harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten di bidang-bidang tersebut. Sebab, kata Kecuk, tenaga kerja di Indonesia masih belum mencukupi di sektor tersebut.
"Jadi apakah kita siap dengan tenaga kerja untuk menuju ke sana. Itu yang muncul dari kritikan Bapak Presiden, bahwa universitas kita masih terpaku pada pola pekerjaan lama, dan belum menjawab tantangan ke depan," kata dia.
Bila tak disiapkan, lanjut Kecuk, maka potensi lapangan pekerjaan di subsektor ekonomi kreatif itu akan diisi oleh tenaga-tenaga kerja asing yang lebih berkompeten. Dengan begitu, masyarakat Indonesia tak bisa memanfaatkannya.
"Mari kita pikirkan bersama bagaimana mengisi sumber daya manusia ini yang berkualitas, untuk mengisi subsektor ekonomi kreatif yang nantinya akan semakin besar. Kalau itu tidak dilakukan, akan diisi oleh SDM dari luar dan kita akan kehilangan lagi," tuturnya. (zlf/zlf)