-
Barangkali tak banyak yang mengenal seorang Andri Suprayitno di Indonesia. Namun bisa jadi banyak orang Indonesia yang mengenalnya jika sedang berkunjung ke Amerika Serikat (AS).
Dengan penampilan yang klimis, bersih, necis dengan bluetooth earphone yang nyaris tak pernah lepas dari telinga, Andi kini sukses menaklukkan negeri Paman Sam itu dengan membuka bisnis sendiri.
Andri yang lahir dan dibesarkan di Bandung itu awalnya terinspirasi oleh postingan temannya di media sosial yang sukses merantau ke Amerika Serikat dan memiliki mobil sendiri di negeri Paman Sam tersebut. Andri yang mewarisi darah perantauan sang ayah yang asal Padang, Sumatera Barat pun akhirnya mencoba peruntungannya lewat sebuah situs online untuk mendaftarkan diri bekerja di AS.
Tak dinyana, ia dinyatakan diterima dan memperoleh visa H2B atau nonagricultural and temporary job. Memperoleh visa ini tidak mudah karena seleksi ketat dari pihak kedutaan AS, apalagi dengan bahasa Inggris belepotan saat itu.
Namun, hasil yang diraihnya saat ini bukan tanpa perjuangan yang tidak mudah. Andri harus melewati waktu dengan menjajal segala macam jenis pekerjaan dulu di sana.
Setidaknya sukses bertahan hidup di Amerika Serikat saja telah menjadi capaian yang baik. Namun siapa sangka, pemuda asal Bandung itu akhirnya berhasil membuka bisnis sendiri di negeri impian banyak orang itu.
Andri memulai petualangannya di AS saat mendarat kali pertama di Denver, Oktober 2005. Ia sempat menjadi housekeeper dengan gaji $3.50 per jam. Lalu mengambil kerja sampingan sebagai busboy dan lain waktu sebagai waiter.
Pada 2009, setelah ia memperpanjang visa, ia kembali ke AS dan bekerja sebagai juru masak khusus sarapan pagi di New Orleans. Malam harinya, ia nyambi di bagian vallet parking.
"Sangat membosankan karena saya stay di area parkir 8 jam. Tetapi kesukaannya, saya mengendari mobil mewah seperti Hummer, Ferarri dan Lamborghini," kata Andri.
Setahun kemudian, ia pindah ke New York, masih dengan pekerjaan yang sama menjadi pelayan restauran. Di kota ini pula, ia sempat nyambi sebagai penarik becak (pedicab wheels) di kawasan Central Park.
"Pekerjaan paling sehat, tidak polusi, menyenangkan dan hasilnya lumayan," kata Andri.
Selain menjadi tukang becak, seorang Andri Suprayitno juga sempat mencoba menjadi pemain figuran untuk film serial di televisi. Dengan lokasi shooting di New York, bayarannya mencapai US$ 185 untuk tampil satu detik.
"Ini bukan film layar lebar, lebih ke Amerika TV series," kata Andri.
Awalnya, ia iseng mencari uang tambahan. Di mesin pencari internet, tertulis sutradara sedang mencari pemeran figuran berwajah Asia. Ia pun mencoba dan dipanggil ke lokasi film bersama sejumlah talent lain.
"Kerjanya cuma 5 menit, tetapi standby selama 8 jam. Bebas ngapain, yang penting saat dibutuhkan ada. Setelah tampil di film, tidak lama, paling cuma 1 detik," imbuh Andri.
Mendapat bayaran cukup lumayan, ia kembali mendaftar sebagai pemeran figuran di serial TV Elementary dan Law and Order. Lagi-lagi, tampil tidak lama namun dengan bayaran cukup tinggi. Ukuran tinggi ini, setidaknya dibandingkan dengan pekerjaan awalnya di AS yakni menjadi housekeeper yang digaji US$ 3,50 per jam.
"Di sini, semua pekerjaan dihargai. Mau jadi pencuci piring, pelayan restauran, sampai dog walker, bisa untuk hidup," tutur Andri.
Karir Andri di AS mulai berubah keika ia banting stir dengan bergabung bersama biro travel setempat. Ia mulai mengenal banyak orang dan melihat celah bisnis yang lebih luas. Andri mengubah pekerjaan yang dulunya berbasis keterampilan dan jasa, lalu beralih kepada keahlian, pelayanan, jaringan, dan lobi-lobi.
Lagi-lagi, Andri tidak puas dengan bekerja kepada orang lain. Pada 2016, ia memilih untuk usaha sendiri menjadi agen perjalanan dengan modal US$ 3.000.
"Untuk down payment kendaraan mini van dan pembayaran surat ijin pembuatan company di US," kata Andri.
Saat ini, ia memiliki klien dan pelanggan dari berbagai segmen. Dari kalangan turis biasa, para bos perusahaan ternama di tanah air, artis dan sutradara film, tamu konsulat KJRI, sampai mengantar menteri yang sedang kunjungan kerja ke negeri Paman Sam. Namun, ia tak membeda-bedakan tamunya.
"Bagi saya, semua tamu VVIP. Service sama. Ke mana saja ayo. Dan yang pasti, rahasia dijamin," ucap pria yang masih single ini.
Rahasia yang ia maksud adalah lokasi tujuan, nama-nama rombongan dan apa-apa saja yang terjadi dalam perjalanan itu. Sebab, tidak bisa dipungkiri, lokasi maupun apapun yang terjadi dapat menjadi isu sensitif atau dapat merusak reputasi tamu di tanah air.
Setelah bertahun-tahun menjajal bisnis biro perjalanan di AS, Andri kini memiliki klien dan pelanggan dari berbagai segmen. Klien tersebut berasal dari berbagai kalangan mulai dari turis biasa, para bos perusahaan ternama di tanah air, artis dan sutradara film, tamu konsulat KJRI, sampai mengantar Menteri yang sedang kunjungan kerja ke negeri Paman Sam.
Andri mengatakan kiat sukses bisnis yang didapuknya adalah menjaga privacy dan memberikan layanan yang maksimal untuk setiap kliennya.
Misalnya adalah saat dia mengantar seorang Annisa Hasibuan, bos First Travel yang sempat berkeliling New York, beberapa waktu lalu sebelum akhirnya kasus penipuan First Travel terkuak oleh publik.
"Saya yang nganter Annisa Hasibuan (bos First Travel yang sedang diadili di PN Depok) keliling New York. Andika (suami Annisa) juga saya. Setelah kasusnya meledak, saya ditelpon wartawan-wartawan Indonesia ingin tahu lokasi, gaya hidup dan tempat-tempat yang disinggahi. Saya bilang, maaf saya nggak bisa menjawab. Itu rahasia klien. Tidak bagus buat bisnis (kalau dibuka)," kata Andri.
Dengan menjaga prinsip kepercayaan tersebut, ia semakin berkibar dan yakin mampu menundukan New York. Tentu, tanpa harus lupa kacang akan kulitnya, mengenang masa-masa sulit satu dekade silam.
"You are not going to appreciate your success if you never started from below. (Anda tidak akan menghargai kesuksesan jika Anda tidak pernah memulainya dari bawah)," kata Andri.
Bagaimana Andri Suprayitno merintis bisnis yang mengandalkan pelayanan, networking dan entrepreneur tersebut?
"Awalnya bertemu teman Indonesia di New York yang suka nganter tamu kalau lagi ada di New York. Lalu dia mulai kebanjiran tamu dan mulai kewalahan meng-handle mereka semua," kata Andri.
Lantas, Andri mulai menawarkan bantuan untuk ikut mengurusi sebagian tamu tersebut. Lama kelamaan, dia mulai terbiasa dengan bisnis agensi perjalanan yang dirasa lebih menjanjikan dan meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai koki dan pelayan restoran.
"Lalu saya tawarkan bantuan dan kita menjadi partner. Tamu pertama saya sudah lupa, sepertinya tamu biasa yang dari kalangan turis biasa," kata Andri.
Tak lebih dari setahun, Andri memilih untuk mendirikan bisnis biro jasa sendiri, AS_Ventour, dengan modal awal US$ 3.000. Jumlah itu untuk mengurus surat izin pembuatan perusahaan di AS dan membayar uang muka mobil. Selebihnya, kendaraan lain ia sewa karena relatif lebih murah dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan klien.
Sebagai contoh, sewa mobil sedan limousin super panjang hanya US$ 300 per 12 jam. Untuk mobil biasa pada kisaran US$ 50 dengan durasi yang sama.
Ia mulai mencari turis asal Indonesia yang berencana liburan di AS. Strateginya, berbasis support community, perjalanan yang berbasis komunitas, keluarga hingga rombongan tertentu.
Tak cuma urusan transportasi, ia juga melakukan urusan logistik, akomodasi dan destinasi khusus. Kebutuhan itu seperti perhelatan New York Fashion Week maupun kunjungan budaya dari Indonesia. Sampai kebutuhan menjadi pembawa acara bisa ia lakoni.
"Kita tidak terbatas hanya transportasi terkadang kalau mereka butuh di event management, kita lakukan. Mencari spot-spot menarik untuk pemotretan, kita siapkan," imbuhnya.
Tak sampai setahun, loyalitas dan kepercayaan klien mulai terbentuk. Ia sempat diminta mengantarkan traveler di daerah pantai barat (West Coast) meski ia berada di sisi sebaliknya.
"Saya diberi tiket pesawat dari New York ke Los Angeles pp (pulang pergi)," imbuh Andri yang tidak berapa lama lagi akan memegang izin tinggal sebagai US resident/ citizenship.
Saat ini, ia memiliki empat partner dan sejumlah pegawai yang ia rekrut dengan sistem kontrak kerja (outsourcing). Ia menjalin relasi dengan berbagai komunitas, konsulat, maupun delegasi-delagasi RI di AS untuk mendapatkan kontrak kerja yang meyakinkan. Ia berharap perusahaan yang ia bangun akan terus tumbuh dan berguna bagi orang lain.