Kok Kereta Bandara masih numpang jalur KRL Duri-Tangerang?
Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menjelaskan, permasalahan mengenai pembebasan lahan untuk jalur KA Bandara masih menjadi persoalan utama yang membuat pembangunan lintasan kereta Bandara Soekarno-Hatta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan persoalan mengenai pembebasan lahan itu bukan persoalan mudah di Indonesia, nah ada prasasti lah, kemudian dalam proses pembebasan lahan juga setiap rumah yang terambil lahannnya (sebagai proyek pembangunan) salah satu anggota keluarganya bisa masuk PT. KAI," papar dia kepada detikFinance, Rabu (4/4/2018).
Djoko menjelaskan, penyediaan kereta bandara dianggap semakin mendesak lantaran jalan akses yang tersedia yakni jalan dan jalan tol sudah terlalu padat sehingga tak lagi ideal untuk menghubungkan pusat Kota Jakarta dengan bandara terbesar di Indonesia tersebut.
Baca juga: Uji Nyali, Desak-desakan di Stasiun Duri |
Dengan alasan tersebut, pengoperasian kereta bandara dilakukan saat ini meskipun jalur kuhusus Kereta Bandara Soekarno-Hatta belum maksimal tersedia. Menurut Djoko, bila penyediaan kereta bandara semakin lama ditunda dikhawatirkan akan membuat masyarakat semakin sulit mengakses bandara dari Jakarta.
"Kita kan pengin bangun Kereta Bandara itu kan sudah lama. Sudah 15 tahun yang lalu tapi nggak terwujud- wujud. Nah sampai akhirnya mereka bisa membangun Kereta Bandara tapi tidak full, tidak jalur utama dia mengambil sebagian dari Batu Ceper lah itu dia ambil itu pun prosesnya lama. Harusnya schadule-nya 2014 itu sudah operasi," papar dia.
Djoko menambahkan, melihat kondisi saat ini, maka perlu segera dibangun lintasan khusus keret Bandara Soekarno-Hatta dari Tanah Abang hingga stasiun Batu Ceper. Tujuannya agar keberadaan kereta bandara tidak mengganggu jadwal perjalanan KRL yang sifatnya sama-sama penting bagi masyarakat.
"KA Bandara perlu dibuat jalur sendiri, di jalur sisi itu. Terpisah untuk bandara jadi kalau saya lihat nanti terpisahnya itu, dari Tanah Abang," katanya.
Sebagai informasi dari adanya penggunaan jalur bersama tersebut, banyak masyarakat yang keberatan. Adanya armada baru KA Bandara yang menggunakan jalur KRL berdampak pada penyesuaian jadwal kereta dari waktu hingga pergeseran jalur. Secara rinci dampak dari penambahan frekuensi KA Bandara dari 50 perjalanan menajadi 70 perjalanan diduga berdampak pada pengurangan frekuensi perjalanan rute Duri-Tangerang.
Dampak lain yang ditimbulkan dari keputusan tersebut berimbas pada bertambah lamanya waktu tunggu penumpang di sejumlah stasiun yang dilalui. Salah satunya seperti terjadi di Stasiun Duri. KRL yang biasa datang setiap 20 menit sekali saat ini jadi 30 menit sekali karena adanya penyesuaian waktu perjalanan KRL dengan jadwal perjalanan Kereta Bandara Soekarno-Hatta. (dna/dna)