Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Nilanto Perbowo mengatakan kesempatan patin lokal untuk menguasai pasar internasional terbuka luas, contohnya China, Thailand, hingga Amerika Latin. Menurutnya, kebutuhan patin di negara tersebut menunjukkan tren positif.
Dari catatannya, impor patin di negeri tirai bambu tersebut tumbuh pesat hingga mencapai 34.400 ton per tahun. Angka tersebut disusul oleh Thailand yang mencapai 19.200 ton per tahunnya. Di Amerika Latin, impor ikan patin juga menunjukkan kenaikan hingga 12,3%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Nilanto mencatat pada 2016 produksi patin nasional sebesar 437.111 ton. Jumlah itu meningkat signifikan dari tahun sebelumnya yaitu 339.069 ton. Kemudian pada 2018, KKP menargetkan produksi patin sebesar 604.587 ton.
Kemudian, pada permintaan pasar domestik, angka konsumsi ikan patin per kapita meningkat tiap tahunnya, yakni mencapai 21,9% terhitung dari tahun 2014 hingga 2017 dengan preferensi produk yang dikonsumsi ikan segar sebanyak 76%, ikan asing diawetkan 15%.
Untuk menguasai pasar ekspor tersebut, Nilanto mengatakan, maka produksi patin lokal harus terus digenjot guna memenuhi kebutuhan pasar. Oleh sebab itu, kata Nilanto, pemerintah mendorong berbagai pihak terkait untuk bisa mencari terobosan dalam meningkatkan produk serta kualitas patin lokal.
"Jadi ini sebetulnya sebuah momentum, semua pihak yang hadir, dari unsur pemerintah, pelaku usaha patin, budidaya, perbankan, perguruan tinggi, BUMN, seluruh perusahaan, maupun pendatang baru yang hadir, bahwa patin asli Indonesia harus bisa memberikan kontribusi yg lebih baik lagi ke depan terutama untuk pertumbuhan ekonomi serta masyarakat," katanya.
"Kemudian yang lebih penting lagi kita harus mampu membuat terobosan agar patin produksi lokal Indonesia yang sudah ekspor ke beberapa negara bisa lebih bagus lagi produksinya," tuturnya. (fdl/zlf)