"Kami apresiasi Pak Dirut (Buwas) komitmennya menekan harga ditingkat konsumen, karena kita harus akui bahwa ada anomali, ada disparitas yang terjadi sampai dengan hari ini," kata Amran di Kantor Pusat Perum Bulog Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Amran mencontohkan, anomali terjadi pada harga bawang. Dia bilang, harga bawang bisa Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu di tingkat produsen. Namun, harganya bisa mencapai Rp 30 ribu di tingkat konsumen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Amran, kondisi tersebut tak bisa dibiarkan. Dia bilang, struktur pasar harus diubah dan yang bisa melakukan itu hanya Perum Bulog.
"Salah satu contoh paling menarik adalah bawang. Harga di lapangan Rp 12 ribu, ada Rp 10 ribu tapi harga di konsumen itu sampai Rp 30 ribu. Artinya apa, ada 300% ini tidak boleh dibiarkan. Ini sudah terjadi puluhan tahun struktur pasar kita ubah, intrumennya yang bisa mengubah satu lembaga instansi ini hanya satu-satunya Bulog," jelasnya.
Baca juga: Tak Ada Alasan Harga Pangan Strategis Naik |
Dia mengatakan, hal itu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi). Amran bilang, tupoksi Kementerian Pertanian ialah di bidang produksi.
"Kemudian cadangan pangan, minyak goreng itu poksinya Bulog untuk menjaga sambil profit oriented dan stabilitator. Nah ini jelas," tutupnya. (dna/dna)