Angka tersebut sedikit berbeda dengan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) soal ekonomi yang tumbuh 5,06% di kuartal I-2018.
Country Director of the World Bank Indonesia, Rodrigo A Chaves menjelaskan, harga komoditas global yang lebih tinggi sebenarnya telah memacu investasi. Terutama investasi permesinan, peralatan, dan kendaraan bermotor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,06% di Kuartal I-2018 |
Investasi permesinan yang lebih tinggi membuat impor juga ikut meningkat. Pertumbuhannya dua kali lebih besar dari pertumbuhan ekspor.
Hal itu yang membuat Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat.
"Sementara itu, pertumbuhan konsumsi swasta tetap mendatar sebesar 5%. Meskipun ada tanda-tanda awal pemulihan penjualan ritel," tambahnya.
Sementara defisit neraca transaksi berjalan di kuartal I-2018 mencapai 2,1% dari PDB. Catatan itu turun dari catatan Bank Dunia tentang defisit neraca transaksi berjalan di kuartal IV-2017 2,3% dari PDB.
"Total impor bertumbuh hampir dua kali lebih cepat di bandingkan ekspor. Karena investasi yang padat impor melonjak dan ekspor melambat," tambahnya.
Sementara inflasi IHK turun menjadi 3,3% di kuartal I-2018. Angka itu menjadi yang terendah sejak kuartal IV-2016. Sedangkan inflasi inti juga turun dari kuartal IV-2017 sebesar 3,0% menjadi 2,7% di kuartal I-2018.
"Inflasi yang lebih rendah itu dikarenakan pertumbuhan harga yang lebih kecil dari harga rumah, gas, listrik dan bahan bakar karena adanya efek kenaikan tarif listrik di kuartal I-2017. Namun begitu inflasi harga makanan juga mengalami peningkatan," terang Rodrigo. (ara/ara)











































